Bagikan:

JAKARTA - Presiden Brasil Jair Bolsonaro harus merombak kabinet pemerintahannya, gara-gara pandemi COVID-19. Ada enam posisi dalam kabinetnya yang berubah kali ini.

Sebelumnya, Brasil melakukan tiga kali melakukan pergantian Menteri Kesehatan, juga gara-gara COVID-19. Dalam kurun waktu setahun, Brasil memiliki empat Menteri Kesehatan. Terbaru, posisi ini dijabat oleh Marcelo Queiroga.

Melansir CNN, posisi dalam kabinet Presiden Bolsonaro yang berubah meliputi Menteri Pertahanan Fernando Azevedo e Silva yang mengundurkan diri, akan digantikan oleh Kepala Staf Kepresidenan Brasil Jenderal Angkatan Darat Walter Souza Braga Netto. 

Menteri Kehakiman yang sebelumnya dijabat Andre Mendonca, digantikan oleh pejabat tinggi Kepolisian Brasil Anderson Gustavo Torres. Sementara, Andre Mendonca akan menjabat sebagai Jaksa Agung, menggantikan Andre Levi. 

jair bolsonaro
Presiden Brazil Jair Bolsonaro. (Wikimedia Commons/Beto Oliveira _ Câmara dos Deputados)

Diketahui, Andre Levi menolak menandatangani gugatan Bolsonaro untuk mencabut perintah penguncian tiga gubernur negara bagian, dan memilih untuk mengundurkan diri.

Berikutnya, Menteri Sekretaris Negara Jeneral Luiz Eduardo Ramos akan menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Posisinya digantikan oleh Flavia Arruda.

Ada pun Menteri Luar Negeri Ernesto Araujo yang juga mengundurkan diri, digantikan oleh diplomat Carlos Alberto Franca. Dia sempat menjadi sasaran kritik karena dianggap gagal menjamin suplai vaksin COVID-19 dari Beijing dan Washington.

Brasil tengah menghadapi ujian berat dari pandemi COVID-19. Pada Jumat dan Sabtu pekan lalu, Brasil mencatat kematian harian lebih dari 3.000 kasus. Sementara, pada Hari Kamis, ada 100 ribu kasus infeksi COVID-19 baru yang terkonfirmasi, angka harian tertinggi sejak pandemi. 

Sejauh ini, total 312.206 orang telah meninggal dan 12.534.688 kasus infeksi akibat COVID-19 di Brasil. 

Kritik terhadap penanganan Bolsonaro terhadap pandemi telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena varian baru virus corona P.1 menyebar ke seluruh negeri, bahkan membuat orang yang lebih muda sangat sakit.

Presiden Jair Bolsonaro diketahui menolak untuk mendukung tindakan penguncian, dengan alasan kesehatan ekonomi dan kebebasan pribadi warga negara. Untuk saat ini, sebagian besar pembatasan pertemuan telah diberlakukan oleh masing-masing pemerintah negara bagian, dengan menerapkan jam malam, seperti di  Rio de Janeiro, São Paulo dan Minas Gerais

"Bolsonaro berada di bawah tekanan besar dan bereaksi untuk mendapatkan kembali narasi politik. Perubahan di Kementerian Pertahanan benar-benar tidak terduga dan menimbulkan kebingungan," ujar pendiri lembaga Dharma Political Risk and Strategy di Brasil Creomar de Souza, melansir Reuters.