Bagikan:

JAKARTA - Produsen vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson & Johnson mengumumkan, akan memasok hingga 400 juta dosis vaksin kepada Uni Afrika (AU) mulai kuartal ketiga tahun ini, pada Senin 29 Maret. 

Hal ini seiring dengan penandatanganan kesepakanan antara African Vaccine Acquisition Trust (AVAT) dengan Janssen Pharmaceutica NV, terkait pengiriman 220 juta dosis vaksin Johnson & Johnson.

Selain itu, AVAT juga bisa memesan 180 juta dosis tambahan hingga tahun 2022 mendatang. Kesepakatan ini dipandang penting, seiring dengan target vaksinasi COVID-19 bagi 60 persen penduduk Afrika.

Diketahui, sedikitnya hampir 121 ribu orang tewas akibat COVID-19 di seluruh Afrika. Sementara, kasus infeksinya mencapai angka 4,18 juta orang. 

Kesepakatan itu menyusul negosiasi berbulan-bulan dengan AU, yang mengumumkan kesepakatan sementara pada Januari untuk membeli total 270 juta dosis vaksin dari J&J, AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech. Status pembicaraan dengan dua perusahaan lainnya tidak diketahui.

Meski hadir belakangan, setelah AstraZeneca dan Pfizer, namun vaksin Johnson & Johnson diterima secara luas, terutama di Afrika. AVAT mengatakan pada Hari Senin, mayoritas dari 55 negara anggota AU menunjukkan preferensi yang kuat untuk vaksin Johnson & Johnson.

"Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu dosis, itu membuatnya sangat baik secara terprogram untuk diluncurkan," terang Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika John Nkengasong, melansir Reuters.

Pada Bulan Februari, Afrika Selatan menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca, setelah data menunjukkan bahwa penggunaan suntikan AstraZeneca memberikan perlindungan minimal terhadap infeksi ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian dominan di negara tersebut.

Sementara, vaksin Pfizer memiliki kebutuhan penyimpanan dan transportasi yang lebih kompleks daripada vaksin lain, sehingga lebih sulit untuk diterapkan di iklim yang lebih hangat atau di negara-negara yang lebih miskin.

Afrika juga bergulat dengan varian yang lebih menular yang diidentifikasi di Afrika Selatan, di tengah kekhawatiran tentang penundaan pengiriman suntikan AstraZeneca melalui skema COVAX yang ditujukan untuk memasok negara-negara miskin.

"Kami perlu mengimunisasi setidaknya 60 persen dari populasi kami, untuk menyingkirkan virus dari benua kami. Perjanjian Johnson & Johnson memungkinkan kami untuk bergerak menuju pencapaian target ini," kata Nkengasong.

Untuk diketahui, sebagian besar pasokan vaksin Johnson & Johnson untuk Afrika, akan diproduksi oleh Aspen Pharma di Afrika Selatan, menurut AVAT. Aspen menjalin kesepakatan dengan Johnson & Johnspn untuk memprodusi 300 juta dosis vaksin. 

Sementara, sebagai bagian dari rencana program vaksinasi AU, Bank Ekspor-Impor Afrika (Afreximbank) telah menyetujui pendanaan hingga 2 miliar dolar AS bagi negara-negara anggotanya, untuk membeli vaksin COVID-19 Johnson & Johnson melalui AU.