Kabar Duka dari Kabupaten Lebak, Persediaan Darah di PMI Menipis
Dua warga Rangkasbitung sedang mendonorkan untuk memenuhi kebutuhan darah keluarga pasien. (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Persediaan darah di Unit Teknis Daerah Palang Merah Indonesia Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menipis ditengah pandemi COVID-19 yang diikuti meningkatnya permintaan dari para pasien.

"Kami merasa kewalahan melayani permintaan darah untuk pasien di daerah ini," kata Yayu, seorang petugas UTD-PMI Lebak, dilansir Antara, Rabu, 9 Juni.

Tingginya permintaan pasien sehingga petugas tidak mampu melayaninya, karena stok darah yang ada antara tiga sampai enam kantong dengan isi 250 CC.

Mereka kebanyakan permintaan darah golongan A dan AB, sedangkan permintaan mencapai 40 kantong per hari

Karena itu , petugas terpaksa melakukan pedonor pengganti dari keluarga pasien untuk memenuhi kebutuhan darah.

Dengan pola seperti itu, menurut dia, hingga kini kebutuhan pasien bisa terpenuhi.

"Kami terpaksa melakukan pedonor pengganti dari keluarga pasien, karena stok darah yang ada menipis," katanya menjelaskan.

Menurut dia, menipisnya persediaan darah yang biasanya pedonor dari relawan berbagai instansi pemerintah, Polri, TNI, pelajar, jemaat gereja, dan lainya kini tidak bisa dilakukan karena adanya kerumunan yang berpotensi menimbulkan klaster penyebaran COVID-19.

Selama ini, permintaan darah untuk pasien RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, Rumah Sakit Misi dan Rumah Sakit Kartini mencapai 40 kantong.

Mereka pasien yang membutuhkan darah untuk operasi kecelakaan, penyakit dalam hingga persalinan sesar.

"Kami sekarang lebih baik menyarankan kepada keluarga pasien untuk menjadi pengganti pedonor dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan darah, " kata Yayu.

Sejumlah keluarga pasien di UTD-PMI Kabupaten Lebak tampak mengantre untuk menjadi pendonor darah karena mengalami kekurangan stok darah.

Keluarga pasien lebih memilih anggota keluarga atau tetangganya menjadi pedonor agar terpenuhi kebutuhan darah pasien.

Sebab, kekurangan darah bisa mengakibatkan pasien lebih parah dan mengancam keselamatan jiwanya.

"Kami rela menjadi pedonor pengganti keluarga untuk kebutuhan darah golongan A orangtuanya," kata Sri Wulandari, warga Rangkasbitung.