Tentara Bayaran Rusia Tinggalkan Beragam Jenis Ranjau, Ribuan Keluarga Libya Tak Bisa Pulang
Ilustrasi tentara bayaran di Libya. (Wikimedia Commons/VOA)

Bagikan:

JAKARTA - Tentara bayaran disebut meninggalkan beragam jenis ranjau bahan peledak di Libya, saat mereka harus meninggakan negara tersebut, membuat warga tidak bisa kembali ke rumah-rumah mereka.

Ranjau bahan peledak disebut ditinggalkan tentara bayaran Rusia, mulai dari jalanan hingga rumah. Mulai halaman tempat tinggal, hingga boneka dan botol kaleng. 

"Tentara bayaran Rusia melarikan diri dari ibukota Libya musim panas lalu, meninggalkan rumah-rumah dan pekarangan dengan ranjau," sebut ahli ranjau Libya seperti melansir Yenisafak dari The Independent, Selasa 8 Juni.

"Mereka (tentara bayaran Rusia) menempelkan bahan peledak ke kursi toilet, pintu hingga boneka beruang, yang dirancang untuk meledak saat disentuh," lanjut para ahli.

Menurut surat kabar itu, ranjau yang paling aneh adalah kaleng minuman ringan kosong. Karena anak-anak muda Libya suka menghancurkan kaleng-kaleng ini untuk bersenang-senang.

"Mereka mempelajari kami, bahkan bagaimana anak-anak kami bermain. Mereka tahu bagaimana kita berpikir," kata Rabie al-Jawashi, kepala Free Fields Foundation, sebuah badan penjinak ranjau Libya, kepada The Independent.

pembersih ranjau
Ilustrasi penjinakan ranjau. (Wikimedia Commons/Petty Officer 2nd Class Patrick Grieco)

Menurut surat kabar itu, ratusan, atau mungkin ribuan keluarga Libya tidak dapat kembali ke rumah mereka karena bahan peledak Rusia.

“Sungguh menyedihkan melihat sampah dunia dibuang di Libya,” kata Mohammed Zlateni, pemimpin tim ahli ranjau ranjau.

"Mereka yang bertanggung jawab adalah mereka yang mendukung pihak (dalam perang saudara Libya). Jika tidak ada dukungan dari luar, ini tidak akan terjadi. Kami orang Libya sekarang membayar harganya," geramnya.

Musim panas lalu, tim Free Fields termasuk di antara ahli ranjau pertama yang memasuki area yang berada di bawah kendali tentara bayaran Wagner asal Rusia, di mana para penjinak ranjau menemukan peralatan binaraga, botol air impor, dan kaleng susu formula yang diperkaya dengan ranjau bahan peledak di dalam rumah.

Para ahli juga menemukan coretan di dinding dalam bahasa Rusia dan Serbia, dengan instruksi tentang cara membuka pintu dan pergi ke kamar mandi tanpa memicu bahan peledak.

"Satu toilet dirancang dengan sensor untuk menyalakan 9 pon TNT ketika seseorang duduk di atasnya," kata para penjinak ranjau. Para penjinak ranjau juga mengatakan, mereka menemukan boneka beruang yang terikat pada enam kabel yang akan meledak ketika seseorang berjalan ke arahnya dari segala arah.

Menurut harian itu, para penjinak ranjau juga menemukan berbagai ranjau inovatif, termasuk 'ranjau hamburan' Rusia yang menyebarkan dirinya sendiri dan menghancurkan diri sendiri dalam 100 jam, ranjau anti-personil dengan sinar laser sebagai tripwires dan kombinasi ranjau yang menyeramkan, seperti pengaturan di mana satu ranjau adalah umpan dan yang lain meledak.

Untuk diketahui, perang saudara di Libya terus berlanjut sejak penggulingan dan pembunuhan rezim penguasa pimpinan Muammar Khadafi pada 2011. Kondisi diperburuk pada 2019, ketika panglima perang Khalifa Haftar melakukan serangan militer untuk menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional yang berbasis di Tripoli, untuk menguasai negara Afrika Utara itu.

Sementara, pemerintah persatuan baru Libya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibeh dilantik pada Maret 2021. Seiring dengan pelantikan pemerintahan ini, para tentara bayaran Rusia harus keluar dari negara tersebut.