Kali Pertama dalam 770 Tahun, Tripitaka Koreana Dibuka untuk Umum
Biksu di Kuil Haein. (Wikimedia Commons/joonghijung)

Bagikan:

JAKARTA - Tripitaka Koreana, yang dikenal sebagai versi kanon Budha tertua dan terlengkap di dunia yang disimpan di Kuil Haein yang ditunjuk UNESCO di Provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan akan terbuka untuk dilihat publik mulai 19 Juni mendatang. 

Ini adalah pertama kalinya dalam 770 tahun sejarahnya sejak penciptaan, relik kuno tersebut akan dapat diakses oleh publik setelah muncul dalam serangkaian pertunjukan terbatas pada upacara dan festival Budha khusus.

Sebuah 'tur' dari karya tersebut, yang dirancang untuk memperkenalkan dan menyebarkan nilai-nilai aset budaya Budha, akan berlangsung pada pukul 10 pagi dan 2 siang setiap Hari Sabtu dan Minggu.

"Karena diciptakan dengan kerinduan untuk mengatasi krisis nasional di masa lalu, kami memutuskan bahwa pesan harapan yang sama dapat diterapkan pada penderitaan nasional kita saat ini yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19," kata Jingak Sunim dari Kuil Haein pada konferensi pers di Kuil Jogye, Seoul, Korea Selatan 3 Juni lalu.

tripitaka koreana
Tripitaka Koreana. (Wikimedia Commons/Arian Zwegers/MrPanyGoff)

Tripitaka Koreana adalah seperangkat 81.352 balok kayu yang diukir dengan lebih dari 52 juta karakter, menggambarkan kitab suci Budha. Pengerjaannya dimulai pada 1237 (selama Kerajaan Goryeo) dan membutuhkan waktu 12 tahun untuk menyelesaikannya.

Diyakini produksinya akan membantu dalam perlindungan wilayah tersebut, setelah hilangnya Tripitaka asli yang hilang dalam kebakaran selama invasi Mongolia ke Goryeo pada tahun 1232.

Sebagai lambang komitmen nasional yang sangat besar akan tenaga kerja dan sumber daya, artefak tersebut ditetapkan sebagai Harta Nasional Korea No. 32 pada tahun 1962 dan dimasukkan dalam Daftar Memori Dunia UNESCO pada 2007.

Mereka yang ingin melakukan tur keliling kuil Budha dan penyimpanan artefak dapat mengunjungi situs web resmi Kuil Haein dan melakukan reservasi online.

Setiap kunjungan akan berlangsung antara 40 hingga 50 menit. Untuk alasan pelestarian dan keamanan, setiap tur akan dibatasi hingga jumlah maksimum 20 pengunjung, dengan anak-anak prasekolah tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi.