Bagikan:

JAKARTA - Ketua Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan, angka kasus positif virus corona atau COVID mengalami peningkatan beberapa waktu ini karena adanya peningkatan jumlah pengujian spesimen melalui metode polymerase chain reaction (PCR) yang makin banyak.

"Kita lihat tren peningkatan kasus positif mengalami peningkatan. Karena kemampuan kita untuk testing makin banyak," kata Doni dalam konferensi pers yang disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 11 Mei.

Ketika jumlah spesimen makin banyak yang diuji, angka kasus positif COVID-19 akan terus meningkat. Saat ini, prioritas pengujian sampel dilaksanakan terhadap mereka yang masuk dalam kategori sebagai orang dalam pengawasan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG).

Adapun berdasarkan laporan yang diterima oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, pada tanggal 8 Mei yang lalu, sebanyak 9.630 spesimen telah diperiksa. Namun, angka ini kembali merosot pada hari selanjutnya, yaitu ke angka 7.100 hingga 7.300.

Penyebab penurunan tersebut, kata Doni, terjadi kurangnya sumber daya manusia seperti yang telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo.

Sehingga, Doni memerintahkan agar laboratorium bisa merekrut tenaga baru supaya untuk target 10 ribu tes tiap harinya bisa tercapai. Untuk itu, anggota TNI dan Polri akan dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya tersebut.

Sementara untuk kebutuhan alat kesehatan sebagai penunjang uji spesimen, Doni telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk satu juta reagen PCR, RNA, dan VTN dari berbagai negara.

"Ini diharapkan bisa mencukupi sampai satu bulan ke depan. Selanjutnya Gugus Tugas bersama Kemenkes akan berusaha mendapatkan reagen dari beberapa negara. Terutama dari Korea Selatan dan Tiongkok," jelasnya.

Jumlah pasien rujukan diklaim menurun

Meski mengatakan kasus positif COVID-19 bertambah seiring banyaknya spesimen yang diuji, namun, Doni kembali mengklaim ada penurunan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan makin sedikit.

"Perkembangan terakhir, rumah sakit rujukan yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan telah mengalami penurunan yang signifikan," ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.

Penurunan ini juga kata dia ditunjukkan dengan jumlah pasien yang sudah sembuh. Sehingga, dia berharap kondisi ini akan terus terjadi.

"Jumlah pasien sembuh makin banyak, pasien yang baru, yang dirawat semakin sedikit. Kalai ini bisa kita pertahankan, otomatis kita bisa mengurangi saudara-saudara kita yang sakit berat dan kronis," ungkapnya.

Adapun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan di Jakarta terdiri dari:

1. RS Fatmawati: Terisi 22 pasien dari 84 bed

2. RS Mintoharjo: Terisi 18 pasien dari 55 bed

3. RS Polri Sukanto: Terisi 65 pasien dari 240 bed

4. RSUD Pasar Minggu: Terisi 13 pasien dari 168 bed

5. RS Persahabatan: Terisi 40 pasien dari 171 bed

6. RS Pelni: Terisi 89 pasien dari 163 bed

7. RSUD Tarakan: Terisi 53 pasien dari 151 bed

8. RSKD Duren Sawit: Terisi 46 pasien dari 204 bed

9. RSPI Sulianti Saroso: Terisi 26 pasien dari 36 bed

10. RS Pertamina Jaya: Terisi 34 pasien dari 155 bed

11. RSUD Tugu Koja: Terisi 15 pasien dari 69 bed

12. RSUD Cengkareng: Terisi 67 pasien dari 154 bed