224 dari 587 Pekerja Migran Indonesia Positif COVID-19, Terbanyak Berada di Malaysia
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pekerja migran Indonesia (PMI) di berbagai negara penempatan mulai menghadapi masalah di tengah pandemi virus corona atau COVID-19 ini. Akses bagi meraka untuk kembali ke Tanah Air pun sulit, karena beberapa negara memberlakukan sistem lockdown. Tidak sedikit dari mereka yang terinfeksi. Data dari Kemnaker, 224 dari 587 orang positif COVID-19.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, meminta Atase Ketenagakerjaan (Atnaker) di negara-negara penempatan berperan aktif mengatasi penyebaran pandemi COVID-19, khususnya di kalangan PMI. Para Atase Ketenagakerjaan diminta meningkatkan upaya pelindungan dan penanganan kasus PMI akibat wabah ini.

"Berdasarkan laporan para 12 Atase Naker di 11 negara penempatan jumlah PMI yang terpapar COVID-19 sebanyak 587 orang," ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, di Jakarta, Minggu, 10 Mei.

Lebih lanjut, Ida mengatakan, dari 587 tersebut, PMI yang positif terinfeksi COVID-19 sebanyak 224 orang, jumlah PMI yang masuk karantina sebanyak 353 orang dan jumlah PMI yang meninggal dunia sebanyak 10 orang.

Dari 224 orang PMI positif COVID-19, terbanyak adalah PMI di Malaysia yakni sebanyak 108 orang, disusul secara berurutan Uni Emirat Arab (40); Arab Saudi sebanyak 37 orang (22 orang di Riyadh dan 15 orang di Jeddah); Qatar (18); Kuwait (13); Singapura (5); Taiwan (2); dan Brunei Darussalam (1).

Sedangkan jumlah PMI yang masuk karantina sebanyak 353 orang berada di empat negara. Terbanyak di Korea yakni 173 orang; dan diikuti secara berurutan Qatar (91); Arab Saudi (89); dan Kuwait (10). Jumlah PMI yang meninggal sebanyak 10 orang PMI di Jeddah,

Ida mengatakan, perlu melakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap progres situasi dan kondisi dari pandemi wabah COVID-19 ini, termasuk pemantauan oleh para Atnaker di negara penempatan.

Menurut Ida, pemantauan itu berguna juga untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 dari luar negeri ke Indonesia.

"Para Atase Naker saya minta waspada 24 jam, HP jangan dimatikan, agar anak-anak kita bisa mengadu kapan pun. Ingat, orang sakit kan tidak kenal jam dan waktu. Jangan bosan memberi tahu anak-anak kita supaya 4 Jangan : Jangan mudik, Jangan lupa masker, Jangan kumpul-kumpul dan Jangan Lupa Cuci Tangan," tuturnya.

Menaker juga meminta, para Atnaker mengimbau para Pekerja Migran Indonesia tidak mudik atau pulang ke Indonesia. Imbauan ini merupakan langkah pemerintah, untuk mengendalikan arus mobilitas orang antar wilayah di dalam negeri serta mengendalikan mobilitas antar negara yang beresiko membawa imported cases (kasus infeksi virus COVID-19 yang penularannya terjadi di luar negeri).

"Titip pesan untuk anak-anakku para PMI, jika merasa sakit yang tidak biasa, segera lapor majikan dan atase. Kalau ada kesempatan melakukan rapid test yang disediakan pemerintah setempat, segera daftarkan diri. Kalau disuruh karantina, ya jangan bandel. Harus di rumah saja. Nanti kalau sudah sembuh baru bisa beraktivitas lagi," ucapnya.

Gelombang Kepulangan 34.300 PMI

Banyak PMI yang memperkirakan situasi ekonomi tidak berjalan dengan baik pasca badai pandemi berakhir. Sehingga mereka menginginkan untuk kembali ke kampung halamannya di Indonesia. Salah satunya, dari Malaysia.

Para PMI ini meminta untuk dipulangkan karena mereka tidak memiliki pekerjaan dan kehilangan pendapatan sejak penerapan lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Negeri Jiran.

Sekadar informasi, kebijakan lockdown di Malaysia diterapkan sejak 18 Maret. Penerapan lockdown ini diperpanjang setiap dua pekan, kini Malaysia telah memasuki fase kelima.

Pemerintah secara berkala mengatur kepulangan pekerja migran ke Tanah Air. Sejak Januari, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) telah mengatur tiga gelombang kepulangan dengan total 126.742 pekerja migran.

Gelombang pertama berlangsung 1 Januari hingga 23 Maret melalui Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) berjumlah 33.434 orang. Kemudian sistem kepulangan online BP2MI mencatat 17.884.

Usai virus corona terdeteksi di Indonesia, proses pemulangan diatur melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Pada periode 2 Maret hingga 25 April memulangkan 75.424 pekerja migran. PMI yang berhasil pulang ke Tanah Air berasal dari 83 negara penempatan.

Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengatur kepulangan tahap berikutnya yang berlangsung Mei hingga Juni. Dalam kurun waktu tersebut, BP2MI memprediksi akan ada ribu pekerja yang kembali dari negara penempatan.

"Sebanyak 34.300 PMI akan kembali ke tanah air karena berakhir masa kontrak kerja di 54 negara penempatan," tutur Benny, dalam video conference bersama wartawan, Sabtu, 9 Mei.

Benny kemudian merinci daerah asal kepulangan pekerja migran. Malaysia dengan negara penempatan terbanyak yakni 13.074 pekerja. Kemudian Hong Kong (11.359 pekerja), Taiwan (3.688 pekerja), Singapura (2611 pekerja).

Negara asal kepulangan berikutnya yaitu Arab Saudi (800 pekerja), Brunei Darussalam (770 pekerja), Korea Selatan (325 pekerja), Kuwait (304 pekerja), Italia (219 pekerja), dan Oman (173 pekerja).