Kata Jokowi, Uji PCR Masih Jauh dari Target
Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyebut, angka pengujian spesimen melalui Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi virus corona atau COVID-19 terus ditingkatkan karena jumlah angka spesimen yang diuji belum mencapai target.

Jokowi mengatakan, saat ini sampel melalui mekanisme PCR berada di bawah angka 10 ribu, seperti yang sudah ditargetkannya sejak bulan April yang lalu.

"Saya baru mendapat laporan bahwa kemampuan pengujian spesimen untuk PCR sekarang ini sudah mencapai 4 ribu sampai 5 ribu sampel per hari," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas 'Percepatan Penanganan Pandemi COVID-19' yang disiarkan di akun YouTube resmi Sekretariat Presiden, Senin, 11 Mei.

Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta penambahan alat pengujian yang dibutuhkan seperti reagen, RNA, dan VTN agar proses pengujian spesimen bisa cepat mencapai target yang sudah ditetapkan.

"Berkaitan dengan masalah di alat pengujian yang masih kurang terutama untuk reagen PCR, RNA, dan VTN. Saya minta ini segera diselesaikan minggu ini," tegas dia.

Untuk mendukung pengujian sampel tersebut, Jokowi meminta 104 laboratorium yang masuk dalam jaringan COVID-19 bisa difungsikan secara maksimal. Mengingat dari total tersebut, sebanyak 51 laboratorium belum bisa melaksanakan pemeriksaan.

Dia memerintahkan agar sumber daya manusia bisa segera disiapkan agar proses pengambilan sampel bisa lebih ditingkatkan ke depan.

"Saya lihat masalah kesiapan SDM terlatih ini perlu lebih diperhatikan lagi," ujar Jokowi.

Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengakui jumlah spesimen yang diuji di laboratorium jumlahnya hanya berkisar antara 6 ribu sampai 7 ribu spesimen dan masih jauh dari target. Hal ini terjadi, karena ada kendala yaitu kurangnya sumber daya manusia.

"Sejauh ini kendalanya adalah SDM di tiap laboratorium belum optimal dan masih terbatasnya tenaga personel," kata Doni dalam konferensi pers usai rapat terbatas yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Kabinet, Senin, 4 Mei.

Sementara terkait ketersediaan reagen, Doni mengatakan tak ada masalah mengingat pemerintah baru mendatangkan 420 reagen untuk uji PCR dan 500 ribu ribu ekstrak RNA.

Atas kendala tersebut, pihaknya mengaku telah meminta bantuan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan IDI di berbagai wilayah. Sehingga, uji masif untuk melacak penyebaran COVID-19 bisa terus dilaksanakan.

"Gugus Tugas telah meminta bantuan PB IDI dan seluruh IDI wilayah untuk ikut membantu memberikan dukungan sehingga upaya testing masif bisa dilakukan lebih optimal," ujarnya.