JAKARTA - Amerika Serikat mengecam pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap orang-orang Yahudi, sebagai sikap anti-semit, terkait dengan bentrokan Palestina - Israel seminggu terakhir.
Pernyataan ini dikeluarkan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negari Amerika Serikat Ned Price. Menurutnya, bahasa anti-semit tidak memiliki tempat di mana pun.
"Kami mendesak Presiden Erdogan dan para pemimpin Turki lainnya untuk menahan diri dari komentar yang menghasut, yang dapat memicu kekerasan lebih lanjut," kata Price dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters, Rabu 19 Mei.
Kendati demikian, Price tidak merinci ucapan Erdogan mana yang dianggap Amerika Serikat sebagai anti-Semit. Departemen Luar Negeri tidak segera menanggapi permintaan klarifikasi.
Presiden Erdogan yang merupakan pembela vokal Palestina, mengkritik Israel karena melakukan serangan udara di Gaza. Ia menyebut Israel sebagai 'negara teror', setelah polisi Israel menembakkan peluru karet ke orang-orang Palestina yang melempar batu di Yerusalem.
Selain itu, Presiden Erdogan mengkritik kekuatan Barat karena kurangnya tanggapan mereka terhadap kekerasan antara Israel dan Palestina, dengan menyebut Austria dan Amerika Serikat, yang dikatakannya menulis sejarah dengan tangan berdarah.
Pernyataan Presiden Erdogan terkait kritik terhadap persetujuan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, untuk menjual senjata ke Israel.
"Anda menulis sejarah dengan tangan berdarah dalam insiden yang merupakan serangan serius yang tidak proporsional di Gaza, yang menyebabkan ratusan ribu orang mati syahid. Anda memaksa saya untuk mengatakan ini," sebut Erdogan
Diketahui, pemerintahan Presiden Biden pada Senin pekan ini menyetujui potensi penjualan senjata presisi dipandu ke Israel senilai 735 juta dolar Amerika Serikat.
BACA JUGA:
Sementara mengenai Austria, Presiden Erdogan mengutuk pengibaran bendera Israel di atas kanselir federal di Wina pada Hari Jumat, pekan lalu.
"Negara bagian Austria sedang mencoba untuk membuat Muslim membayar harga untuk orang Yahudi yang menjadi sasaran genosida," tukas Presiden Erdogan.
Ada pun Kanselir Austria Sebastian Kurz, yang disebut pro-Israel, menyebut langkah itu sebagai tanda solidaritas di tengah bentrokan.