PBB: Bentrok Israel-Palestina Hentikan Vaksinasi dan Ancam Lonjakan Kasus COVID-19
Serangan udara Israel di Jalur Gaza. (Wikimedia Commons/Osps7)

Bagikan:

JAKARTA - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengkhawatirkan, meningkatnya eskalasi bentrokan antara Palestina dengan Israel, menyebabkan terhentinya program vaksinasi dan menimbulkan ancaman lonjakan kasus COVID-19.

Serangan udara yang dilakukan Israel di Jalur Gaza pada Minggu 17 Mei kemarin, disebut sebagai salah satu yang terburuk sejak tahun 2014.

Menjadi salah satu basis perlawanan Hamas, kelompok militan Palestina, Jalur Gaza atau Gaza selalu menjadi sasaran serangan Israel. Berdalih menyerang militan dan fasilitas terowongan bawah tanah Hamas, Israel melancarkan serangan udara masif.

Namun, melansir The National Senin 17 Mei, sedikitnya 192 warga Palestina tewas dalam bentrokan di Gaza, termasuk 58 anak-anak dan 34 wanita. Sementara korban di pihak Israel hingga kemarin mencapai 10 orang, termasuk seorang anak laki-laki (5) dan seorang tentara.

Dalam 72 jam terakhir, lebih dari 38.000 warga Gaza harus meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di dalam sekolah yang dikelola oleh PBB. 

"Tadi malam adalah malam terburuk dalam hal pertempuran militer," kata Matthias Schmale, direktur operasi United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) di Gaza.

"Kami mengalami pada pukul 2 pagi. Saya pikir, 11 atau 12 serangan besar-besaran di daerah sekitar dan itu menakutkan. Bagi warga sipil itu menakutkan," tukasnya. 

Menurutnya, penembakan telah menjadi begitu hebat sehingga lebih dari 38.000 orang telah meninggalkan rumah mereka.

"Orang-orang mulai berkemas dan meninggalkan rumah mereka karena ketakutan," ungkap Schmale.

PBB juga mengkhawatirkan, derasnya arus pengungsi menimbulkan ancaman lonjakan kasus COVID-19 yang sepanjang Maret-April lalu menewaskan sekitar 400 orang di Jalur Gaza. 

"Kami memiliki ribuan orang yang belum divaksinasi di tempat yang tidak besar. Dalam istilah COVID-19, kami berpacu dengan waktu untuk mencoba memastikan, setidaknya memisahkan orang yang memiliki gejala dari yang tidak, dan kami menyediakan APD," papar Schmale.

Bentrok Palestina dengan Israel juga menyebabkan program vaksinasi COVID-19 di Gaza terhenti. Schmael menerangkan, penghentian inokulasi dapat membuat lebih sulit untuk mencegah gelombang ketiga virus.

"Orang-orang akan kurang tangguh karena kami tidak memiliki jumlah orang yang divaksinasi. Jika pertempuran berlanjut lebih lama, ada kemungkinan kuat kasus COVID-19 meningkat pesat, yang memperburuk situasi yang sudah sulit," pungkasnya.