Luncurkan Pariwisata Vaksin COVID-19, San Marino Tawarkan Sputnik V
Vaksin Sputnik V. (Wikimedia Commons/Ministry of Defence of the Russian Federation)

Bagikan:

JAKARTA - Republik San Marino yang terletak di daratan Italia, mengumumkan peluncuran program pariwisata vaksin COVID-19, dengan menawarkan vaksin Sputnik V buatan Rusia, Rabu 12 Mei. 

Negara dengan luar 61 kilometer persegi dan populasi penduduk sebanyak 34 ribu orang tersebut, kali pertama menerima vaksin Sputnik V pada Bulan Februari lalu. 

Sejauh ini San Marino telah mengimunisasi 25 ribu penduduk. Sebagian besar dengan menggunakan vaksin (Sputnik V) Rusia, kata para pejabat dalam keterangannya Hari Rabu.

"Dengan tidak adanya pasien virus corona saat ini di rumah sakit, San Marino memutuskan meluncurkan kampanye yang mengundang wisatawan untuk divaksinasi dengan Sputnik V," kata Menteri Pariwisata San Marino Federico Pedini Amati dalam keterangannya.

"Kampanye wisata vaksinasi akan dimulai pada 17 Mei dan akan menjadi perhatian warga asing, non-Italia," sambung sang menteri, seperti melansir Reuters.

Wisatawan yang ingin datang untuk vaksinasi COVID-19 harus memesan kamar hotel setidaknya satu minggu sebelum kedatangan, lanjutnya. Mereka juga harus memiliki rencana untuk perjalanan kedua, 21 hingga 28 hari kemudian, untuk menerima dosis penguat mereka.

Dua dosis wisatawan akan dikenakan biaya 15 euro, kata pejabat San Marino. Mereka juga berharap negara segera bisa mengeluarkan sertifikat vaksinasi bagi penduduk dan turis.

San Marino bukan anggota Uni Eropa dan Sputnik V belum disetujui untuk digunakan di Uni Eropa. Vaksin tersebut saat ini sedang ditinjau oleh regulator kesehatan Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA).

Dalam siaran pers pada hari Senin, Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), dana kekayaan kedaulatan yang bertanggung jawab untuk memasarkan vaksin di luar negeri, mengatakan siap untuk memberikan tambahan dosis vaksin COVID-19 Sputnik V ke San Marino.

"RDIF siap memberikan pasokan tambahan vaksin untuk mengatur wisata vaksinasi," tukas Kepala Eksekutif RDIF Kirill Dmitriev.