Tidak Dipercaya Warga Rusia, Vaksin COVID-19 Sputnik V Dipilih Presiden Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента Российской Федерации)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia mengungkapkan dirinya telah menerima suntikan vaksin COVID-19 Sputnik V, sementara mayoritas warganya tidak memercayai vaksin tersebut.

Teka-teki seputar vaksinasi Presiden Rusia Vladimir Putin terjawab. Dalam sesi tanya jawab tahunan pada Rabu 30 Juni waktu setempat, Ia mengaku sudah menerima vaksin Sputnik V.

"Bagi saya, ketika saya melakukan ini dan ini terjadi pada Bulan Februari, sebenarnya ada dua (vaksin) yang tersedia, EpiVacCorona dari Vector Center yang berbasis di Novosibirsk dan Sputnik V, seperti yang Anda tahu. Keduanya bagus," ungkap Presiden Vladimir Putin seperti melansir TASS Rabu 30 Juni. 

"Saya melanjutkan dari fakta, bahwa saya perlu dilindungi selama mungkin, maka saya membuat keputusan untuk mendapatkan vaksin Sputnik V," lanjut Presiden Putin.

Lebih jauh Pemimpin Rusia itu mengatakan, putrinya juga telah disuntik dengan vaksin COVID-19 Sputnik V dan menekankan, vaksin itu diperlukan serta tidak menimbulkan efek samping serius.

"Ada orang dengan kondisi tubuh yang berbeda, dengan penyakit kronis dan orang tua, yang disebut kelompok risiko. Vaksinasi tidak berbahaya dan kami tidak memiliki komplikasi tunggal di negara kita," paparnya.

vaksin sputnik
Vaksin Sputnik V. (Wikimedia Commons/Mos.ru)

Presiden Putin mengaku menahan diri sejak lama untuk tidak menyebutkan vaksin COVID-19 yang disuntikkan kepadanya, agar tidak menciptakan keunggulan kompetitif di antara inokulasi.

Vaksin Sputnik V Rusia telah disetujui untuk digunakan di 67 negara dengan total lebih dari 3,5 miliar orang. Lebih dari 30 negara telah meluncurkan kampanye vaksinasi massal menggunakan Sputnik V. Vaksin Rusia menawarkan tingkat efisiensi 91,6%, yang dikonfirmasi oleh data yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet.

Menariknya, warga Rusia disebut ragu-ragu dengan vaksin Sputnik V buatan dalam negeri. Sebuah survei yang diterbitkan bulan lalu oleh lembaga jajak pendapat independen Levada-Center menunjukkan 62 persen orang Rusia tidak mau divaksinasi dengan Sputnik V.

"Ada krisis kepercayaan masyarakat terhadap institusi politik dan medis. Tidak ada informasi yang jelas dan transparan tentang proses vaksinasi, sehingga mencari cara untuk menyiasati sistem tersebut," tutur antropolog sosial dan peneliti di universitas RANEPA Moskow Alexandra Arkhipova kepada CNN.

Untuk diketahui, program vaksinasi COVID-19 Rusia yang diperuntukkan bagi orang berusia 18 tahun ke atas, menggunakan empat jenis vaksin, yakni Sputnik V, Epivaccorona, CoviVac dan Sputnik Light.