Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 25 orang tewas dalam baku tembak antara tersangka pengedar narkoba dan polisi di Rio de Janeiro pada Kamis 6 Mei waktu setempat, dalam salah satu serangan mematikan Kepolisian Brasil sejak tahun 2005.

Orang-orang yang menjadi sasaran dalam penggerebekan di lingkungan miskin Jacarezinho mencoba melarikan diri melintasi atap, ketika polisi tiba dengan kendaraan lapis baja dan helikopter terbang di atas kepala, gambar televisi menunjukkan. Baku tembak tersebut memaksa warga untuk berlindung di rumah mereka.

Para korban termasuk seorang petugas polisi, dan sisanya diduga anggota geng narkoba. Polisi mengatakan, di antara yang tewas termasuk sejumlah pemimpin geng perdagangan narkoba berpengruh di daerah kumuh Rio de Janeiro. Sementara, 10 orang lainnya diamankan aparat kepolisian dan tiga aparat kepolisian mengalami luka-luka.

Itu adalah operasi polisi tunggal paling mematikan dalam 16 tahun di Negara Bagian Rio, sejak serangan tahun 2005 di Baixada Fluminense di pinggiran utara Rio de Janeiro, di mana 20 orang tewas saat itu.

"Ini adalah salah satu korban tewas terbesar dalam operasi polisi di Rio, melebihi 19 orang di kawasan kumuh Complexo do Alemão tahun 2007, kecuali kami tidak kehilangan satu pun dari kami saat itu," kata kepala polisi Ronaldo Oliveira, melansir Reuters Jumat 7 Mei. 

Polisi mengatakan, selain perdagangan narkoba, geng tersebut juga merampok truk kargo dan mengangkat kereta komuter untuk mencuri dari penumpang.

"Peluru yang ditembakkan selama baku tembak menghantam sebuah gerbong kereta ringan, dan dua penumpang terluka oleh pecahan kaca dari jendela yang pecah," sebut seorang petugas pemadam kebakaran.

Polisi pun sempat memamerkan sejumlah persenjataan yang berhasil disita dari kelompok pengedar Narkoba, seperti enam senapan serbu, 15 pistol, satu senapan mesin, 14 granat dan satu butir amunisi artileri.

Sementara itu, Human Rights Watch (HRW) mengkritik penyerbuan yang dilakukan oleh Kepolisian Brasil. HRW mengatakan, jaksa Rio de Janeiro memiliki kewajiban konstitusional untuk mengawasi dan melakukan investigasi kriminal atas pelanggaran polisi. HRW menyerukan penyelidikan menyeluruh dan independen atas kematian yang melibatkan aparat kepolisian.

Menurut HRW, polisi Rio membunuh 453 orang dan setidaknya empat petugas polisi tewas dalam tindakan polisi selama tiga bulan pertama tahun ini, meskipun ada putusan Mahkamah Agung yang melarang operasi di komunitas selama pandemi COVID-19, kecuali dalam kasus yang benar-benar luar biasa.