Kejahatan Meningkat, Presiden Lula Kerahkan Militer untuk Amankan Bandara dan Pelabuhan di Brasil
Ilustrasi militer Brasil. (Wikimedia Commons/Ministério da Defesa)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada Hari Rabu mengerahkan militer untuk mendukung pengamanan di sejumlah bandara dan pelabuhan vital, seiring dengan peningkatan kejahatan di negara itu, usai sejumlah insiden mematikan di Negara Bagian Rio de Janeiro.

Presiden Lula menerangkan, tentara akan bekerja dengan polisi federal untuk mengamankan pelabuhan dan bandara terbesar di Amerika Latin, yakni Pelabuhan Santos di Sao Paulo, serta bandara utama Guarulhos.

Selain itu, tentara juga akan dikerahkan ke pelabuhan Itaguai di Negara Bagian Rio de Janeiro dan Bandara Galeao di Rio.

Pelabuhan dan bandara tersebut merupakan dijadikan sebagai pusat pengiriman kokain ke Eropa, juga menerima barang selundupan seperti senjata kaliber tinggi yang berkontribusi terhadap kekerasan jalanan.

Presiden Lula menerangkan, selain di bandara serta pelabuhan, angkatan darat dan udara akan memperkuat perbatasan dengan negara-negara tetangga tempat kokain dan senjata mengalir ke Brasil, dengan fokus khusus di negara bagian barat Parana, Mato Grosso dan Mato Grosso do Sul.

Ketentuan yang akan berlaku hingga Mei 2024 mendatang ini, diambil di tengah serangkaian kekerasan yang terjadi di negara itu.

Situasi menjadi sangat buruk di Rio de Janeiro, di mana raja narkoba yang berkuasa, mafia kekerasan yang dikenal sebagai "milisi" dan polisi yang mematikan, telah berkontribusi terhadap dinamika keamanan yang sangat kompleks yang memberikan persepsi Presiden Lula terlalu lunak terhadap kejahatan.

"Situasi di Rio de Janeiro telah mencapai titik yang sangat serius," kata Presiden Lula, melansir Reuters 2 November.

"Kami mengambil keputusan agar pemerintah federal berpartisipasi aktif dalam memerangi kejahatan terorganisir. Mudah-mudahan ini berhasil," harap Presiden Lula.

Bulan lalu, tiga dokter yang sedang minum bir hingga larut malam di kawasan pantai makmur di Rio dibunuh secara brutal, diduga karena disangka sebagai gangster saingan dari milisi. Pekan lalu, milisi membakar puluhan bus di Rio, setelah polisi membunuh salah satu pemimpin mereka dalam sebuah operasi.

Fokus pemerintah pada pelabuhan, bandara dan perbatasan barat Brasil, menggarisbawahi besarnya kokain yang terus mengalir ke Brasil setelah bertahun-tahun panen koka di Andes.

Diketahui, Brasil telah menjadi 'landasan utama' untuk memindahkan kokain ke Eropa, memperkuat geng kriminal lokal dan berkontribusi terhadap memburuknya situasi keamanan yang dirasakan di seluruh Amerika Selatan, seperti di Ekuador yang penuh dengan geng.

Keputusan Presiden Lula untuk mengerahkan militer mencerminkan perubahan yang dilakukan oleh kelompok sayap kiri, yang dalam sebuah wawancara pada Hari Jumat mengatakan dia tidak akan menandatangani keputusan tersebut, mengatakan dia tidak ingin tentara "berada di favela, saling baku tembak dengan gangster."

Di bawah kepemimpinan pendahulunya yang berhaluan sayap kanan, mantan Presiden Jair Bolsonaro, jumlah pembunuhan di Brasil anjlok dari rekor tertinggi. Namun, jajak pendapat menunjukkan masyarakat Brasil tidak begitu peduli dengan kemampuan Presiden Lula dalam membatasi kekerasan.

Sebuah jajak pendapat bulan lalu menunjukkan, 32 persen warga Brasil memperkirakan situasi keamanan akan memburuk selama masa jabatan Presiden Lula, naik enam poin persentase dari survei sebelumnya pada Bulan Mei.