Kritik Badan Intelijen Terkait Penyerbuan Brasilia, Presiden Lula: Tidak Ada yang Memperingatkan Saya
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva saat pelantikan pekan lalu. (Sumber: Twitter/@LulaOficial/ricardostuckert)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan kritik pedas terhadap badan intelijen negara itu, menilainya gagal terkait penyerbuan gedung-gedung pemerintah di Brasilia oleh pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro pada 8 Januari lalu.

Pernyataan baru itu muncul setelah sebelumnya Presiden Lula mengkritik militer, dengan panglima tertinggi mengutuknya dalam beberapa hari terakhir karena gagal bertindak terhadap pendukung Bolsonaro yang melakukan kerusuhan.

"Kami membuat kesalahan mendasar: intelijen saya tidak ada (hari itu)," kata Presiden Lula kepada saluran TV GloboNews dalam sebuah wawancara, melansir Reuters 19 Januari.

"Kami memiliki intelijen Angkatan Darat, intelijen Angkatan Udara, ABIN (Badan Intelijen Brasil); tidak ada yang memperingatkan saya," kritiknya.

Presiden Lula sebelumnya mengatakan, dia menduga ada kolusi oleh "orang-orang di angkatan bersenjata" dalam pemberontakan, di mana beberapa ribu pendukung Bolsonaro menyerbu dan menggeledah gedung Kongres, istana kepresidenan dan Mahkamah Agung.

"Saya mendapat kesan itu adalah awal dari kudeta," kata Presiden Lula tentang kerusuhan tersebut.

Presiden menekankan dia ingin mempertahankan hubungan yang baik dengan angkatan bersenjata Brasil, tetapi mencatat, mereka tidak boleh dipolitisasi.

Akhir pekan ini, Presiden Lula direncanakan menggelar pertemuan dengan komandan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Brasil.

"Saya tidak ingin ada masalah dengan aparat, begitu juga mereka dengan saya. Tapi mereka yang ingin terjun ke politik harus melepas seragam, mundur dari jabatan dan kemudian terjun ke dunia politik," tegas Presiden Lula.

Awal pekan ini, Presiden Lula memecat lebih dari 50 perwira militer yang menjaga kediaman presiden dan kantor Penasihat Keamanan Nasional, mengungkapkan ketidakpercayaannya pada mereka setelah pemberontakan Brasilia.

Dalam wawancara tersebut, Presiden Lula menegaskan kembali akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Washington pada 10 Februari, setelah mendapat undangan ketika para pemimpin kedua negara membahas kerusuhan Brasilia melalui telepon.

Sebelumnya, penyerbuan ibu kota Brasilia oleh pendukung mantan Presiden Bolsonaro, dikatakan mirip dengan serangan 6 Januari 2021 di Capitol Hill AS oleh pendukung mantan Presiden Donald Trump.

"Saya ingin berdiskusi dengan Presiden Biden bagaimana demokrasi berjalan di dunia, apa yang terjadi di sana-sini," jelas Presiden Lula, menambahkan dia juga akan bertanya kepada presiden Demokrat itu, bagaimana dia berurusan dengan kekuatan kekuatan sayap kanan.

Selain itu, Presiden Lula mengatakan dia juga akan bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Brasil akhir bulan ini.