Pimpin Selandia Baru Hadapi COVID-19 hingga Erupsi Vulkanik, PM Ardern: Lima Setengah Tahun Paling Memuaskan Dalam Hidup Saya
PM Selandia Baru Jacinda Ardern. (Wikimedia Commons/Nevada Halbert)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan akan mengundurkan diri dari jabatannya paling lambat awal Februari, tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilihan 14 Oktober mendatang karena ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga.

"Saya pergi, karena dengan peran istimewa seperti itu datanglah tanggung jawab. Tanggung jawab untuk mengetahui kapan Anda adalah orang yang tepat untuk memimpin dan juga kapan Anda tidak," ujar PM Ardern, melansir The Guardian 19 Januari.

Jacinda Kate Laurell Ardern, demikian nama lengkapnya, menjadi kepala pemerintahan wanita termuda di dunia ketika dia terpilih sebagai perdana menteri pada tahun 2017 di usia 37 tahun.

Dia sukses memimpin Selandia Baru melewati pandemi COVID-19, hingga sejumlah bencana besar, termasuk serangan teror terhadap dua masjid di Christchurch, hingga erupsi vulkanik Gunung Berapi White Island.

"Ini adalah lima setengah tahun yang paling memuaskan dalam hidup saya. Tapi itu juga memiliki tantangannya – di antara agenda yang berfokus pada perumahan, kemiskinan anak dan perubahan iklim, kami menghadapi… peristiwa teror domestik, bencana alam besar, pandemi global dan krisis ekonomi," ungkap Ardern.

Lebih jauh, Ardern mengatakan dia belum memiliki rencana masa depan, selain menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya.

Ditanya bagaimana dia ingin warga Selandia Baru mengenang kepemimpinannya, Ardern mengatakan "sebagai seseorang yang selalu berusaha untuk bersikap baik."

"Saya harap saya meninggalkan warga Selandia Baru dengan keyakinan bahwa Anda bisa menjadi baik, tetapi kuat, berempati tetapi tegas, optimis tetapi fokus. Dan bahwa Anda bisa menjadi pemimpin Anda sendiri, yang tahu kapan waktunya untuk pergi," paparnya

Diketahui, pengumuman ini datang saat Selandia Baru memasuki tahun politik dengan pemungutan suara akan digelar pada 14 Oktober mendatang.

Jajak pendapat selama beberapa bulan terakhir telah menempatkan partai Buruh yang dipimpin Ardern sedikit di belakang oposisi nasional.

Ardern mengatakan, penurunannya dalam jajak pendapat tidak menjadi penyebab keputusannya untuk mundur.

"Saya tidak mengundurkan diri karena yakin kami tidak dapat memenangi pemilihan, tetapi karena saya yakin kami bisa dan akan melakukannya, dan kami membutuhkan bahu baru untuk tantangan itu," ucapnya.

Belum jelas siapa yang akan menggantikan dirinya. Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan Grant Robertson yang dianggap calon terkuat untuk menggantikan Ardern mengatakan, dirinya tidak mengincar posisi yang ditinggalkan itu.

Sementara, Kaukus Buruh memiliki waktu tujuh hari untuk mencari pemimpin dan perdana menteri baru yang mendapat dukungan dua pertiga kaukus.

Pemungutan suara kaukus untuk pemimpin baru akan dilakukan dalam waktu tiga hari, pada 22 Januari. Jika tidak ada yang memenuhi ambang batas dukungan di dalam kaukus, kontes kepemimpinan akan jatuh ke tangan anggota Partai Buruh yang lebih luas.