Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengungkapkan dirinya merasa demonstrasi menentang vaksinasi COVID-19, yang sekarang sudah memasuki pekan kedua, adalah fenomena 'impor', tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Ratusan pengunjuk rasa terus menduduki halaman rumput di depan Gedung Parlemen Selandia Baru yang khas untuk hari ketujuh, mengabaikan seruan berulang kali oleh polisi untuk membubarkan diri, tidak terganggu oleh hujan yang mengguyur selama akhir pekan.

Mengklaim inspirasi dari demonstrasi mandat anti-vaksin pengemudi truk di Kanada, para pengunjuk rasa juga memblokir beberapa jalan di sekitar parlemen dengan truk, van dan sepeda motor mereka.

"Rasanya seperti protes impor bagi saya," kata Ardern kepada penyiar TVNZ dalam sebuah wawancara, seperti melansir Reuters 14 Februari.

"Saya telah melihat bendera Trump di halaman depan, saya telah melihat bendera Kanada di halaman depan," ujarnya, merujuk pada gambar mantan Presiden AS Donald Trump yang dibawa oleh beberapa demonstran serta situasi di Kanada.

Dalam konferensi pers PM Ardern mengatakan, para pengunjuk rasa menuntut pemerintah menghapus semua tindakan kesehatan masyarakat COVID-19.

"Itu berarti pada titik di mana kita melihat peningkatan kasus dan peningkatan risiko terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan Selandia Baru, mereka ingin menghapus langkah-langkah yang membuat kita tetap aman, sehat, dan hidup. Anda akan memaafkan saya jika saya mengambil pandangan yang sangat kuat tentang saran itu," tukas PM Ardern.

Untuk diketahui, protes dimulai sebagai penentangan terhadap mandat vaksin COVID-19, tetapi sekarang telah diikuti oleh kelompok-kelompok yang menyerukan diakhirinya pembatasan COVID-19, menolak vaksinasi, serta meminta perhatian pada masalah sosial lainnya seperti penyensoran dan hak-hak komunitas etnis Maori.

Pada puncak protes, ribuan demonstran diperkirakan terlibat. PM Ardern mengatakan, yang membuat dirinya khawatir adalah banyaknya pengunjuk rasa yang membawa anak-anak ke lokasi protes.

Sementara itu, pihak Kepolisian Selandia Baru mengatakan petugas akan terus terlihat di dalam dan di sekitar lapangan parlemen, untuk memberikan jaminan bagi semua.

Memiliki populasi penduduk sekitar lima juta orang, Selandia Baru termasuk negara dengan kasus COVID-19 terendah di dunia, sebagian besar karena pembatasan perbatasan virus corona yang ketat dan pembatasan sosial.

Untuk diketahui, kasus varian Omicron harian telah meningkat, namun, hampir menyentuh 1.000 pada Hari Senin, karena beberapa pembatasan domestik dilonggarkan bulan ini. Kendari demikian, perbatasan internasional masih ditutup, dengan puluhan ribu ekspatriat Selandia Baru terputus dari keluarga.

Sementara, Pengadilan Tinggi Selandia Baru pada Hari Senin mulai mendengarkan kasus terhadap pemerintah yang diajukan oleh kelompok yang mewakili ekspatriat Selandia Baru, yang menuduh negara secara tidak sah menolak hak warga negara untuk memasuki negara itu