JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno menyerukan semua pihak menahan diri terkait krisis di perbatasan Ukraina dengan Rusia, mendorong dialog dan diplomasi bekerja untuk menyelesaikan masalah, setelah berbicara dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov.
Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan Kementerian Luar Negeri Achmad Rizal Purnama mengatakan, panggilan telepon kedua menteri luar negeri berlangsung Rabu kemarin.
"Inti pembicaraan normal, terutama terkait kemajuan hubungan bilateral kedua negara, serta agenda kunjungan tingkat tinggi kedua negara," ujar Rizal dalam keterangan pers virtual Kamis 10 Februari.
Dalam kesempatan tersebut Rizal mengatakan, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri seperti yang dikatakan Menlu Retno, mengikuti dengan penuh keprihatinan perkembangan situasi di perbatasan Rusia-Ukraina.
"Indonesia meminta semua pihak menahan diri memberikan ruang untuk dialog dan diplomasi untuk bekerja, karena dalam situasi sulit saat ini semua negara bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan perdamaian," ujarnya mengutip Menlu Retno.
"Konflik tidak menguntungkan siapa pun. Energi dunia saat ini harus diarahkan untuk mengatasi pandemi dan pemulihan ekonomi dunia. Semua mengharapkan diplomasi dan negosiasi bekerja untuk dapat menyelesaikan apapun permasalahan yang dihadapi. Kita tidak ingin melihat adanya konflik," sambung Rizal.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha menambahkan, hingga saat ini situasi di Ukraina berlangsung normal dan aman, dengan jumlah WNI yang ada saat ini mencapai 145 orang, dengan mayoritas berada di ibu kota Kyiv.
"Kondisi WNI kita sehat, aman dan tenang dengan KBRI membangun komunikasi melalui WhatsApp. Selain itu, Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan KBRI Kyiv, KBRI Warsawa dan KBRI Moskow membangun rencana kontingensi jika terjadi eskalasi situasi, sesuai dengan SOP standar yang wajib dimiliki seluruh perwakilan," terang Judha.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat khawatir Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina, dengan sekitar 100 ribu pasukan dikumpulkan di dekat perbatasan kedua negara.
Sementara, Moskow mengatakan pihaknya tidak merencanakan invasi, tetapi dapat mengambil 'langkah-langkah teknis-militer' yang tidak ditentukan kecuali sejumlah tuntutan keamanan dipenuhi, termasuk janji dari NATO untuk tidak pernah mengakui Kyiv.