Bagikan:

JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis menyerukan 'kebangkitan' bagi industri nuklir, dengan mengatakan dia menginginkan hingga 14 reaktor nuklir baru (European Pressurised Reactor/Evolutionary Power Reactor - EPR) untuk memberi daya pada transisi negara itu dari bahan bakar fosil.

"Apa yang harus kita bangun hari ini, karena ini saat yang tepat, adalah kebangkitan industri nuklir Prancis," jelas Presiden Macron di pabrik turbin strategis di Belfort, timur laut Prancis, dikutip dari Daily Sabah 11 Februari.

"Saya ingin enam EPR2 dibangun dan kami akan meluncurkan studi untuk membangun delapan EPR2 tambahan," lanjutnya, merujuk pada reaktor generasi baru yang dikembangkan oleh raksasa energi yang dikendalikan perusahaan negara, EDF.

Presiden Macron mengakui Prancis telah gagal berinvestasi dalam industri nuklirnya selama dekade terakhir, setelah bencana nuklir di pembangkit listrik Fukushima di Jepang pada tahun 2011.

"Beberapa negara membuat pilihan radikal untuk meninggalkan nuklir. Prancis tidak membuat pilihan ini. Tapi kami tidak berinvestasi karena kami ragu (sebelumnya)," ujarnya.

Menyebut regulator nuklir Prancis 'tak tertandingi' dalam ketegasan dan profesionalisme mereka, Presiden Macron menyebut keputusan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir baru sebagai "pilihan kemajuan, pilihan kepercayaan dalam sains dan teknologi."

Presiden Macron juga mengumumkan, dia akan berusaha untuk memperpanjang umur semua pembangkit nuklir Prancis yang ada di tempat yang aman untuk dilakukan, dan akan mencari investasi baru yang besar dalam sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari.

"Kami tidak punya pilihan selain mengandalkan dua pilar ini," katanya.

Sementara itu melansir The Guardian, energi atom menyediakan sekitar 70 persen listrik Prancis, dan tenaga nuklir berbiaya rendah telah menjadi andalan ekonomi Prancis sejak 1970-an.

Tetapi, upaya baru-baru ini untuk membangun reaktor generasi baru untuk menggantikan model lama telah tersandung dalam pembengkakan biaya dan penundaan.

Untuk diketahui, fokus Presiden Macron pada tenaga nuklir menandai perubahan kebijakan dari awal kepresidenannya, ketika dia berjanji untuk mengurangi bagiannya dalam bauran energi Prancis.

Selain itu, Pemerintah Prancis melobi keras dan berhasil agar Komisi Eropa memberi label tenaga nuklir 'hijau' bulan ini, dalam tinjauan penting yang berarti dapat menarik dana sebagai sumber listrik ramah iklim.