Soal Taiwan, Presiden Macron Sebut Eropa Seharusnya Tidak Mengikuti Kebijakan Amerika Serikat atau China
Presiden Emmanuel Macron, Presiden Xi Jinping dan Ursula von der Leyen. (Twitter/@EmmanuelMacron)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dalam komentar yang diterbitkan pada Hari Minggu, Eropa tidak tertarik pada percepatan krisis atas Taiwan dan harus mengejar strategi yang independen dari Washington dan Beijing.

Presiden Macron baru saja kembali dari kunjungan kenegaraan selama tiga hari ke China, di mana ia menerima sambutan hangat dari Presiden Xi Jinping.

Akhir pekan lalu, China memulai latihan di sekitar Taiwan, sebagai bentuk kemarahan atas pertemuan Presiden Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy pada Hari Rabu.

China memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya. Pemerintah Taiwan sangat keberatan dengan klaim China tersebut.

Presiden Macron mengatakan, Eropa seharusnya tidak mempercepat konflik tetapi meluangkan waktu untuk membangun posisinya sebagai kutub ketiga di antara China dan Amerika Serikat, dalam komentarnya kepada surat kabar Prancis Les Echos dan Politico yang dibuat selama kunjungannya ke China.

"Hal terburuk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut dalam topik ini dan beradaptasi dengan ritme Amerika atau reaksi berlebihan dari Tiongkok," Politico mengutip pernyataannya, seperti melansir Reuters 10 April.

Eropa harus mendanai industri pertahanannya dengan lebih baik, mengembangkan nuklir dan energi terbarukan, dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS untuk membatasi ketergantungannya pada Amerika Serikat, lapor kedua media tersebut mengutip pernyataannya.

Wawancara bersama tersebut dilakukan dalam penerbangan pada Hari Jumat antara Beijing dan Kota Guangzhou.

Pada Hari Jumat, seorang penasihat Presiden Macron mengatakan kepada wartawan di Guangzhou, Presiden Xi dan Presiden Macron melakukan diskusi yang "padat dan terus terang" tentang masalah Taiwan selama pertemuan mereka.

"Perasaan presiden adalah, kita harus berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan atau eskalasi ketegangan (yang dapat menyebabkan) China melakukan serangan," kata Penasihat Elysee.

Diketahui, Presiden Macron melakukan perjalanan ke China dengan delegasi bisnis yang terdiri dari 50 orang termasuk Airbus dan produsen energi nuklir EDF, yang menandatangani kesepakatan selama kunjungan tersebut. Dalam kesempatan itu, turut pula Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen.