Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Iran pada akhir pekan berencana memasang kamera pengawas di tempat-tempat umum dan jalan raya untuk mengidentifikasi dan menghukum wanita yang tidak mengenakan jilbab, langkah terbaru dari upaya Teheran untuk mengendalikan peningkatan jumlah wanita yang menentang aturan penggunaan jilbab.

Setelah diidentifikasi, para pelanggar akan menerima "pesan teks peringatan tentang konsekuensinya," kata polisi dalam sebuah pernyataan, seperti melansir The National News 9 April.

Langkah ini bertujuan untuk "mencegah perlawanan terhadap hukum hijab," kata pernyataan tersebut, yang disiarkan oleh kantor berita Mizan dan media pemerintah lainnya, menambahkan bahwa perlawanan semacam itu menodai citra spiritual Iran dan menyebarkan rasa tidak aman.

Diketahui, semakin banyak wanita Iran yang menanggalkan cadar mereka sejak kematian seorang wanita Kurdi Mahsa Amini (22), saat berada dalam tahanan polisi moralitas September lalu. Ia ditahan karena diduga melanggar aturan hijab. Pasukan keamanan dengan keras memadamkan protes setelah kematiannya.

Namun, meskipun berisiko ditangkap karena menentang aturan berpakaian wajib, para wanita masih banyak terlihat tanpa busana di mal-mal, restoran, toko-toko, dan jalan-jalan di seluruh negeri. Video-video yang memperlihatkan para wanita yang menanggalkan pakaiannya untuk menentang polisi moralitas membanjiri media sosial.

Pernyataan polisi pada Hari Sabtu tentang hukum hijab, menyerukan kepada para pemilik bisnis untuk "secara serius memantau ketaatan terhadap norma-norma masyarakat dengan melakukan inspeksi yang ketat".

Di bawah hukum syariah Iran, yang diberlakukan setelah Revolusi 1979, perempuan diwajibkan untuk menutupi rambut mereka, mengenakan pakaian panjang dan longgar untuk menyamarkan bentuk tubuh. Para pelanggarnya akan menghadapi teguran di depan umum, denda, atau penangkapan.