Bagikan:

JAKARTA - Sebuah dokumen yang dirancang menteri pertahanan Israel pernah memperkirakan serangan oleh kelompok militan Palestina Hamas ke wilayah mereka, dengan perdana menteri telah diberikan dokumen tersebut.

Dokumen itu dirancang oleh menteri pertahanan pada tahun 2016, Avigdor Liberman. Terdiri dari 11 halaman, dokumen itu memperingatkan rencana Hamas untuk menerobos perbatasan Gaza, menyerbu wilayah selatan Israel dan mengambil sandera, seperti dikutip dari The Times of Israel 30 Oktober.

Dokumen tersebut, yang sebagian diterbitkan oleh Harian Yedioth Ahronoth pagi ini waktu setempat, menunjukkan banyaknya kemiripan unsur serangan dengan serangan Hamas pada 7 Oktober.

Itu juga menunjukkan para pejabat Israel telah menyadari selama beberapa tahun mengenai potensi serangan Hamas, namun tampaknya tidak menanggapi peringatan itu dengan serius.

"Hamas bermaksud membawa konflik ke dalam wilayah Israel dengan mengirimkan sejumlah besar pasukan terlatih (seperti pasukan komando Nukhba, misalnya) ke Israel untuk mencoba menangkap warga Israel (atau bahkan sejumlah warga) di perbatasan Gaza dan menyandera," tulis Liberman dalam dokumen yang diberi label rahasia itu.

"Selain kerugian fisik terhadap masyarakat, hal ini juga akan menyebabkan kerugian yang signifikan terhadap moral dan perasaan warga Israel," lanjut dokumen itu.

Dalam sebuah wawancara pada Sabtu malam, Liberman menyebutkan dokumen tersebut, mengatakan ia memberikannya kepada Perdana Menteri Israel ketika itu, Benjamin Netanyahu (perdana menteri saat ini), pada Bulan Desember 2016, memperingatkan Hamas akan menyerang "persis seperti yang dilakukannya pada tanggal 7 Oktober jika kemampuannya tidak dilucuti.

Liberman sejauh ini memilih untuk tidak bergabung dengan kabinet perang Netanyahu, mengatakan PM Netanyahu harus dibujuk untuk mengangkat masalah ini pada rapat kabinet, di mana dokumen tersebut "diabaikan begitu saja," termasuk oleh kepala keamanan.

Sekitar 2.500 militan Hamas dilaporkan menyerbu Israel melalui darat, laut dan udara pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, di rumah mereka dan di festival musik luar ruangan, serta menyandera sekitar 239 orang.