Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Israel Defense Forces (IDF) memastikan akan ada penyelidikan usai perang, terkait kabar informasi intelijen mengenai serangan Hamas yang diabaikan, mengatakan saat ini tidak etis dibahas dan memilih fokus perang.

Sebagian besar perwira senior mengabaikan peringatan dari bawahan menurut laporan baru-baru ini, terkait informasi intelijen yang memperkirakan terjadinya serangan oleh Hamas pada 7 Oktober.

"Dalam beberapa hari terakhir, ada perbincangan mengenai tindakan IDF dan Direktorat Intelijen Militer sebelum peristiwa 7 Oktober. Mengingat akibat yang mengerikan, perhatian terhadap hal ini dapat dimengerti," terang Letjen Herzi Halevi, dikutip dari The Times of Israel 29 November.

"Kami akan menjawabnya. Kami akan mendengarkan dengan cermat setiap bawahan kami, mempelajari apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka katakan," terangnya.

"IDF, termasuk Direktorat Intelijen Militer, gagal pada 7 Oktober," ujar Letjen Halevi.

"Akan ada penyelidikan yang tajam dan mendalam, tapi sekarang kita harus fokus pada perjuangan," tandasnya.

IDF sendiri sejak awal memilih untuk fokus pada perang dengan Hamas, alih-alih membahas mengenai kegagalan secara intelijen hingga sikap acuh terkait laporan-laporan intelijen.

"Komandan IDF dan khususnya personel Direktorat Intelijen Militer dan Komando Selatan saat ini sedang sibuk berperang," sebut Halevi.

"Tidaklah tepat jika komandan IDF sibuk mendiskusikan tanggung jawab dengan salah satu pihak, saya membutuhkan mereka untuk bekerja sama dalam menghadapi tugas-tugas yang banyak dan kompleks di hadapan mereka," jelasnya.

Letjen Halevi juga mengatakan, semua komandan IDF yang dia temui sejak awal perang menunjukkan "rasa tanggung jawab yang besar."

"Saat ini semuanya didedikasikan untuk pertempuran. Kami tidak akan berhenti sampai kami memulihkan keamanan di Negara Israel," tambahnya.

Selain pihak militer, informasi intelijen mengenai kemungkinan serangan Hamas juga pernah disampaikan kepada PM Israel Benjamin Netanyahu.

Sebuah dokumen 11 halam yang dirancang oleh Menteri Pertahanan Israel tahun 2016 Avigdor Liberman memperingatkan rencana Hamas untuk menerobos perbatasan Gaza, menyerbu Israel selatan dan mengambil sandera. Dokumen itu dikatakan memiliki banyak kemiripan unsur serangan dengan peristiwa 7 Oktober.

"Hamas bermaksud membawa konflik ke dalam wilayah Israel dengan mengirimkan sejumlah besar pasukan terlatih (seperti pasukan komando Nukhba, misalnya) ke Israel untuk mencoba menangkap warga Israel (atau bahkan sejumlah warga) di perbatasan Gaza dan menyandera," tulis Liberman dalam dokumen yang diberi label rahasia itu.

"Selain kerugian fisik terhadap masyarakat, hal ini juga akan menyebabkan kerugian yang signifikan terhadap moral dan perasaan warga Israel," lanjut dokumen itu.

Dalam sebuah wawancara, Liberman menyebutkan dokumen tersebut telah diberikan kepada Perdana Menteri Israel ketika itu, Benjamin Netanyahu (perdana menteri saat ini), pada Bulan Desember 2016, memperingatkan Hamas akan menyerang "persis seperti yang dilakukannya pada tanggal 7 Oktober jika kemampuannya tidak dilucuti.