Salahkan Elite Intelijen Israel Soal Serangan Hamas, PM Netanyahu Minta Maaf Usai Dikritik Koalisi dan Oposisi
PM Netanyahu (ketiga dari kanan) Menteri Pertahanan Yoav Gallant (dasi biru) dan Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi (kedua dari kanan). (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Benjamin Nentanyahu menarik komentarnya dan minta maaf, usai tudingannya terhadap elite intelijen Israel terkait serangan kelompok militan Palestina Hamas, memicu kegaduhan politik, menuai kritik dari koalisi hingga oposisi pada Hari Minggu.

"Tidak ada waktu dan tahap apapun yang memberikan peringatan kepada Perdana Menteri Netanyahu mengenai niat perang Hamas. Sebaliknya, semua pejabat keamanan, termasuk kepala intelijen militer dan kepala Shin Bet, memperkirakan Hamas merasa ragu dan tertarik pada suatu perjanjian," bunyi unggahan PM Netanyahu di X yang sudah dihapus, melansir Reuters 29 Oktober.

Pernyataan itu diunggah sekitar pukul 01:00 dinihari pada Hari Minggu waktu setempat. Itu membuat kegaduhan politik, keretakan dalam kabinet perang, hingga memicu kemarahan publik karena tidak mengambil tanggung jawab atas kegagalan intelijen dan operasional yang berkaitan dengan serangan Hamas.

Meski para pejabat tinggi Israel, mulai dari pimpinan militer dan dinas mata-mata dalam negeri Shin Bet hingga menteri keuangan, semuanya mengakui kegagalan mereka, PM Netanyahu belum mengakui kegagalan mereka.

Dia hanya mengatakan, akan ada waktu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit, termasuk tentang dirinya sendiri, setelah perang.

Komentar awal Netanyahu segera ditegur oleh sekutunya saat ini dan di masa lalu, termasuk Benny Gantz, mantan menteri pertahanan yang kini berada di kabinet perang PM Netanyahu.

Gantz mengatakan di X, PM Netanyahu harus menarik kembali perkataannya dan membiarkan masalah ini berlalu.

"Saat kita berperang, kepemimpinan harus menunjukkan tanggung jawab, memutuskan untuk melakukan hal yang benar dan memperkuat kekuatan sedemikian rupa sehingga mereka dapat melaksanakan apa yang kita minta," tulis Gantz.

Sementara itu, pemimpin oposisi Yair Lapid yang juga mantan perdana menteri mengatakan, PM Netanyahu "melewati garis merah" dengan jabatannya semalam.

"Upaya untuk menghindari tanggung jawab dan menyalahkan pihak keamanan akan melemahkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) saat mereka memerangi musuh-musuh Israel," kritiknya.

Sedangkan Direktur Mossad dalam pemerintahan PM Netanyahu sebelumnya Yossi Cohen mengatakan kepada Radio Israel: "Anda mengambil tanggung jawab sejak awal pekerjaan Anda, bukan dari tengah-tengah."

Dalam unggahan kedua di X sekitar 10 jam kemudian, PM Netanyahu menulis: "Saya salah," menambahkan pernyataan itu "seharusnya tidak dibuat dan saya minta maaf atas hal itu."

"Saya memberikan dukungan penuh kepada semua kepala cabang keamanan," katanya.

Ditanya tentang komentar PM Netanyahu dalam briefing harian dengan wartawan, juru bicara militer Israel menolak menjawab dan mengatakan: "Kami sekarang berperang, fokus pada perang."

Para pejabat Israel mengatakan, kejadian-kejadian menjelang dan termasuk penanganan serangan Hamas itu sendiri akan diselidiki, namun fokus saat ini adalah pada konflik tersebut.

Diketahui, serangan mendadak Hamas terhadap wilayah selatan pada 7 Oktober lalu, menjadi yang paling mematikan bagi Israel dalam 75 tahun. Itu membuat Israel membombardir dan memblokade total Gaza selama dua minggu, diikuti dengan serangan darat yang bertujuan melenyapkan Hamas.