JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Senin, dia akan mempertahankan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengingat krisis keamanan yang meningkat, membalikkan keputusan untuk memecat menteri yang memicu protes dan meningkatkan kewaspadaan di luar negeri.
PM Netanyahu mengatakan, mereka telah menyelesaikan perbedaan di antara keduanya, terkait seruan publik Gallant bulan lalu untuk menghentikan rencana perombakan peradilan yang memecah belah pemerintah, serta dinilai Gallant telah menjadi ancaman bagi keamanan Israel.
Pekan lalu, PM Netanyahu mengumumkan dia akan menunda pemecatan itu.
"Saya telah memutuskan untuk melupakan perbedaan kita," kata PM Netanyahu pada konferensi pers Hari Senin, melansir Reuters 11 April.
Lebih jauh PM Netanyahu mengatakan, keduanya telah bekerja sama dengan erat selama dua minggu terakhir.
Akhir bulan lalu, Gallant terlihat mengawasi langsung peluncuran versi baru satelit mata-mata Ofek Israel ke orbit dalam kapasitasnya sebagai menteri pertahanan, setelah sebelumnya kantor PM Netanyahu mengumumkan pemecatan dirinya.
Ketika kantor PM Netanyahu mengumumkan pemecatan dirinya, tidak ada nama lain yang langsung diumumkan sebagai pengganti Gallant. Ia pun langsung menulis di Twitter: "Keamanan negara Israel selalu dan akan selalu menjadi misi hidup saya."
Diketahui, krisis keamanan terus meningkat di wilayah Timur Tengah, setelah penyerbuan yang dilakukan oleh polisi Israel terhadap jemaah di Masjid Al-Aqsa.
BACA JUGA:
Terbaru, seorang turis Italia tewas dan lima orang terluka dalam sebuah mobil yang menabrak Tel Aviv pada Hari Jumat, beberapa jam setelah dua saudara perempuan Israel dan ibu mereka tewas dalam serangan penembakan di Tepi Barat yang diduduki.
Sebelum insiden tersebut, Israel harus menghadapi malam serangan lintas perbatasannya dengan Gaza dan Lebanon, respons penyerbuan Masjid Al Aqsa yang menambah ketegangan Israel-Palestina.
Ketegangan melebar ketika Israel menanggapi rentetan roket dengan menghantam sasaran yang terkait dengan kelompok Islam Hamas di Gaza dan Lebanon selatan.