Bagikan:

JAKARTA - Badan-badan keamanan nasional Amerika Serikat bergegas meninjau ulang cara mereka berbagi rahasia paling sensitif di dalam pemerintahan, serta menangani dampak diplomatik dari kebocoran lusinan dokumen rahasia, demikian ungkap tiga pejabat Negeri Paman Sam.

Para penyelidik juga bekerja untuk menentukan orang atau kelompok mana yang mungkin memiliki kemampuan dan motivasi untuk merilis laporan-laporan intelijen tersebut, ujar salah satu pejabat.

Kebocoran informasi kali ini bisa menjadi kebocoran informasi Pemerintah AS yang paling merugikan, sejak publikasi ribuan dokumen di WikiLeaks tahun 2013. Beberapa informasi yang paling sensitif diduga terkait dengan kemampuan dan kekurangan militer Ukraina.

Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Pentagon telah meninjau ulang seberapa luas beberapa informasi intelijen dibagikan secara internal, memastikan bahwa orang-orang yang tidak memerlukannya tidak lagi memiliki akses terhadap informasi tersebut.

Pejabat tersebut mengatakan, hal ini kadang-kadang dilakukan di dalam Pentagon dan komunitas intelijen, tetapi kebocoran tersebut telah mendorong untuk melihat kembali beberapa daftar distribusi.

Pentagon terus memeriksa prosedur yang mengatur seberapa luas beberapa rahasia AS yang paling sensitif dibagikan, tambah pejabat tersebut.

"Ada beberapa langkah untuk melihat lebih dekat bagaimana jenis informasi ini didistribusikan dan kepada siapa," kata juru bicara Pentagon Chris Meagher kepada wartawan, melansir Reuters 11 April.

dokumen rahasia
Ilustrasi. (Piaxabay/TayebMEZAHDIA)

Lebih jauh Meagher mengatakan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin pertama kali diberi pengarahan tentang kebocoran tersebut pada tanggal 6 April dan pada tanggal 7 April dia mulai mengumpulkan para pemimpin senior setiap hari untuk membahas kebocoran tersebut.

Dia menambahkan, dokumen-dokumen tersebut tampaknya memiliki format yang sama dengan yang digunakan untuk memberikan informasi terbaru kepada para pemimpin senior, tetapi beberapa gambar tampaknya telah diubah.

Beberapa dokumen, kata pejabat lainnya, kemungkinan besar tersedia bagi ribuan orang yang memiliki izin keamanan dari Pemerintah AS dan sekutunya, meskipun sangat sensitif, karena informasi tersebut secara langsung mempengaruhi negara-negara tersebut.

Sementara itu, pejabat pertama mengatakan, jumlah orang yang memiliki akses ke dokumen-dokumen tersebut menggarisbawahi informasi sensitif tersebut, mungkin telah dibagikan secara luas kepada personil yang mungkin tidak membutuhkan tingkat detail yang terkandung dalam dokumen-dokumen tersebut.

"Pentagon perlu membatasi akses yang tidak terkendali ke beberapa intelijen yang paling sensitif, ketika mereka tidak memiliki alasan yang masuk akal untuk memilikinya," sebut pejabat itu.

Kedua pejabat tersebut mengatakan lebih lanjut, meskipun bocoran tersebut sangat memprihatinkan, banyak di antaranya hanya memberikan cuplikan waktu pada Bulan Februari dan Maret - ketika mereka diberi tanggal - tetapi tampaknya tidak mengungkapkan apa pun tentang operasi yang akan datang.

Meskipun kebocoran ini tampaknya merupakan kebocoran informasi rahasia yang paling serius dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat mengatakan bahwa sejauh ini tidak mencapai skala dan cakupan 700.000 dokumen, video dan kabel diplomatik yang muncul di situs web WikiLeaks pada tahun 2013.

Terkait hal ini, juru bicara Gedung Putih John Kirby pada Hari Senin mengatakan, Presiden AS Joe Biden telah diberi pengarahan mengenai kebocoran tersebut minggu lalu.

"Kami tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas hal ini. Dan kami tidak tahu apakah mereka memiliki lebih banyak lagi yang ingin mereka posting... apakah itu menjadi perhatian kami? Anda benar sekali," jelas Kirby kepada wartawan.

Sejak kebocoran saat ini pertama kali terungkap pada Bulan Maret, para penyelidik telah mengejar berbagai teori mulai dari seseorang yang hanya membagikan dokumen untuk memamerkan pekerjaan yang mereka lakukan, hingga titik hitam di dalam komunitas intelijen atau militer AS, tambah pejabat pertama.

Terpisah, Daniel Hoffman, mantan perwira senior CIA yang menyamar mengatakan, mengingat aktivitas badan intelijen Moskow di masa lalu, "sangat mungkin" bahwa agen-agen Rusia mengunggah dokumen yang berkaitan dengan Ukraina sebagai bagian dari operasi disinformasi Rusia.

Dia mengatakan, operasi semacam itu adalah praktik "klasik" dari badan mata-mata Rusia untuk membocorkan dokumen otentik yang di dalamnya mereka menyisipkan informasi palsu.

Targetnya, katanya, diduga untuk membuat jarak antara Ukraina dan Amerika Serikat, penyedia dukungan militer terbesar bagi Kyiv.

Sedangkan beberapa ahli keamanan nasional dan pejabat AS mengatakan, menduga bahwa pembocornya adalah orang Amerika, mengingat luasnya topik yang tercakup dalam dokumen-dokumen tersebut, tetapi mereka tidak mengesampingkan aktor-aktor pro-Rusia. Lebih banyak teori dapat berkembang seiring berjalannya penyelidikan, kata mereka.

Terpisah, Kremlin dan Kedutaan Besar Rusia tidak menanggapi permintaan komentar mengenai apakah mereka terlibat dalam pembocoran tersebut.