Polisi Gagalkan Teror Bom dan Sita Senjata dari Seorang Pria, Pengamanan Pelantikan Presiden Terpilih Brasil Lula akan Diperketat
Presiden terpilih Brasil Luiz Inácio Lula da Silva. (Wikimedia Commos/Marcelo Freixo)

Bagikan:

JAKARTA - Pengamanan pelantikan Luiz Inácio Lula da Silva, presiden terpilih Brasil, bakal diatur ulang dan diperketat, dengan mewaspadai adanya ancaman teror, kata Menteri Kehakiman Brasil yang akan datang Flavio Dino.

Dino mengatakan, para pengunjuk rasa yang menolak hasil Pemilu yang berkemah di luar pangkalan militer Brasil telah menjadi "inkubator terorisme."

Itu dikatakannya sehari setelah polisi meledakkan alat peledak dan menangkap seorang tersangka yang mereka tuduh terkait dengan kamp Brasilia.

"Peristiwa serius kemarin di Brasilia membuktikan, apa yang disebut kamp 'patriotik' telah menjadi inkubator bagi teroris," cuit Flavio Dino, melansir Reuters 26 Desember.

"Tidak akan ada amnesti bagi teroris, pendukung dan pemodal mereka," tegasnya.

Dino mengatakan, pengaturan pelantikan Lula akan "dievaluasi kembali, dengan maksud untuk memperketat keamanan."

Diketahui, pendukung Presiden Jair Bolsonaro telah berkemah di luar pangkalan militer di Brasil selama berminggu-minggu, mendesak militer untuk membatalkan kemenangan Lula yang akan menjabat mulai 1 Januari mendatang.

Dalam tweet lain, Dino mengatakan dia akan mengusulkan pembentukan "kelompok khusus untuk memerangi terorisme dan persenjataan yang tidak bertanggung jawab. Aturan hukum tidak sesuai dengan milisi politik ini."

luiz inacio lula da silva
Presiden terpilih Brasil Luiz Inácio Lula da Silva. (bertopi) saat menyapa pendukungnya. (Wikimedia Commos/Marcelo Freixo)

Berita tentang bom menambahkan dimensi baru pada kekerasan pascapemilu di Brasil, di mana ketegangan tetap tinggi setelah pemilihan paling sengit dalam satu generasi.

Petahana Bolsonaro, yang belum mengakui kekalahan, telah membuat klaim tak berdasar tentang kredibilitas sistem pemungutan suara Brasil, dengan banyak pendukung fanatik mempercayainya.

Sementara, Ketua Pengadilan Pemilihan Brasil bulan lalu menolak pengaduan dari sekutu Bolsonaro yang menantang hasil pemilihan presiden.

Terpisah, Kamp Brasilia, di luar markas tentara, telah menjadi salah satu yang paling ekstrem di negara itu. Pada 12 Desember, hari kemenangan Lula disahkan, beberapa penghuni kamp menyerang markas besar polisi federal di Brasilia.

Robson Cândido, kepala Polisi Sipil di Brasilia, mengatakan seorang pria berusia 54 tahun dari Negara Bagian Para telah ditangkap dan mengaku memasang bom, di sebuah truk bahan bakar di dekat bandara Brasilia untuk menyebarkan kekacauan.

"Dia datang untuk berpartisipasi dalam protes, di luar markas tentara dan dia adalah bagian dari gerakan yang mendukung presiden saat ini," terang Candido kepada wartawan.

Cândido mengatakan pria itu dan orang-orang yang membantunya, mencoba mengaktifkan alat peledak, tetapi tidak meledak. Dia mengatakan masih belum jelas berapa banyak orang lain yang terlibat.

"Mereka dalam misi itu, yang menurut mereka bersifat ideologis, tetapi telah lepas kendali," tegasnya.

Polisi juga menemukan senapan serbu dan bahan peledak lainnya di sebuah apartemen yang disewa pria itu di Brasilia.

Cândido mengatakan tersangka adalah pemilik senjata terdaftar, yang dikenal sebagai CAC, sebuah kelompok yang telah membengkak enam kali lipat menjadi hampir 700.000 orang sejak Presiden Bolsonaro terpilih pada 2018 dan mulai melonggarkan undang-undang senjata.