Bagikan:

JAKARTA - Seorang pria yang ditangkap karena berusaha meledakkan bom sebagai protes terhadap hasil Pemilu Brasil, mengatakan terinspirasi dari seruan Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro, menurut salinan kesaksian yang dilihat oleh Reuters.

George Washington de Oliveira Sousa ditangkap pada Hari Sabtu, sehari setelah polisi mengatakan mereka menggagalkan rencananya untuk meledakkan alat peledak di dekat bandara Brasilia.

Insiden itu menambahkan dimensi baru pada kekerasan pascapemilu di Brasil, di mana ketegangan tetap tinggi setelah pemilihan paling sengit dalam satu generasi.

Menteri Kehakiman yang akan datang Flavio Dino mengatakan dalam sebuah wawancara televisi pada Hari Senin, keamanan perlu ditingkatkan untuk pelantikan Hari Minggu dari Presiden terpilih sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva, yang mengalahkan petahana Bolsonaro.

"Kita tidak berbicara tentang serigala," kata Dino tentang Sousa, melansir Reuters 27 Desember.

"Ada orang-orang kuat di balik ini dan polisi akan menyelidikinya. Kami tidak akan membiarkan terorisme politik di Brasil," tandasnya.

Pengacara awal Sousa, Wallison dos Reis Pereira mengatakan, dia telah mengaku dan bekerja sama dengan polisi. Sementara pengacaranya saat ini, Jorge Chediak mengatakan, dia belum berbicara dengan Sousa, yang berada di penjara, tetapi mengatakan pengakuannya kepada polisi penuh dengan kontradiksi.

Sousa (54), manajer pom bensin dari Negara Bagian utara Para mengatakan kepada polisi, keraguan Bolsonaro akan hasil pemilihan menginspirasi perjalanannya pada 12 Desember ke ibu kota.

Setelah tiba di Brasilia, dia bergabung dengan perkemahan para penyangkal pemilu pro-Bolsonaro di luar markas tentara yang menyerukan kudeta.

"Perjalanan saya ke Brasilia adalah agar saya bisa bergabung dengan protes di depan markas tentara dan menunggu angkatan bersenjata memberi wewenang kepada saya untuk mengangkat senjata dan menghancurkan komunisme," katanya, menurut salinan kesaksiannya.

luiz inacio lula da silva
Presiden terpilih Brasil Lula. (Wikimedia Commons/Marcelo Freixo)

Sousa mengatakan, dia telah menjadi pemilik senjata terdaftar, yang dikenal sebagai CAC, pada Oktober tahun lalu, bergabung dengan kelompok yang telah membengkak enam kali lipat menjadi hampir 700.000 orang sejak Bolsonaro terpilih pada 2018 dan mulai melonggarkan undang-undang senjata.

Dia berkata telah menginvestasikan hampir 160.000 reais (30.800 dolar AS) sejak saat itu. Dikatakannya, dia membawa dua senapan ukuran 12, dua revolver, tiga pistol, senapan, lebih dari seribu peluru dan lima batang dinamit bersamanya dalam perjalanan ke Brasilia.

"Yang memotivasi saya untuk membeli senjata adalah kata-kata Presiden Bolsonaro, yang selalu menekankan pentingnya warga sipil dipersenjatai dengan mengatakan, 'Penduduk bersenjata tidak akan pernah diperbudak,'" kata Sousa.

Dikatakannya, dia berencana untuk membagikan senjatanya dengan pemegang CAC lainnya di kamp Brasilia. Pada 12 Desember, hari kemenangan Lula disahkan, beberapa penghuni kamp menyerang markas besar polisi federal di Brasilia.

Setelah serangan 12 Desember, dia mengatakan polisi dan petugas pemadam kebakaran di dekat kamp mengatakan kepadanya, mereka tidak akan menangkap pengunjuk rasa karena vandalisme, selama mereka tidak menyerang polisi. Komentar mereka membuatnya percaya, "intervensi angkatan bersenjata akan segera diumumkan."

Tetapi ketika minggu-minggu berlalu tanpa kudeta, dia mengatakan dia dan orang lain di kamp membuat rencana untuk mencegah Lula menjabat. Ide mereka, katanya, adalah "untuk memprovokasi intervensi militer dan pengepungan negara.

Rencana awalnya adalah meledakkan sebuah bom di tempat parkir mobil bandara Brasilia, diikuti dengan dua bom lagi di ruang keberangkatan, katanya. Komplotan juga mempertimbangkan untuk meledakkan gardu listrik, tambahnya.

Sousa mengatakan kepada polisi, dia membuat bom pada 23 Desember, menggunakan dinamit yang dia bawa dari Para, dan alat pemicu jarak jauh yang diberikan orang lain di kamp kepadanya.

Dia berkata akan menyerahkan bom itu kepada sesama penghuni kamp, ​​memintanya untuk memasangnya di gardu induk, karena "Saya tidak setuju dengan gagasan untuk meledakkannya di tempat parkir bandara."

Pada hari yang sama, Sousa melihat di berita bahwa polisi menemukan bom di dekat bandara. Keesokan harinya, setelah melihat pria asing di dekat apartemen sewaannya, dia memutuskan untuk mengemasi tasnya dan meletakkan senjatanya di bagasi mobilnya untuk meninggalkan Brasilia, tetapi ditangkap oleh polisi sebelum dia bisa pergi