Terpilih Sebagai Presiden Brasil, Lula Serukan Perdamaian dan Persatuan
Presiden terpilih Brasil Luiz Inacio Lula da Silva atau Lula. (Wikimedia Commons/Marcelo Freixo)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden terpilih Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyerukan perdamaian dan persatuan, setelah mengalahkan petahana Jair Bolsonaro dalam putaran kedua yang ketat dan memecah belah untuk posisi teratas negara itu pada Hari Minggu.

Kemenangan tersebut menandai perubahan haluan yang menakjubkan bagi politis sayap kiri yang kharismatik, dikenal dengan panggilan Lula tersebut.

Dia meninggalkan kantor pada tahun 2010 sebagai presiden paling populer dalam sejarah Brasil, tetapi jatuh ke dalam aib ketika dia dipenjara selama 18 bulan karena tuduhan korupsi yang belakangan dibatalkan.

Ia sekarang kembali untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya pada usia 77 tahun.

Pejabat pemilihan mengumumkan Lula berhasil meraup 50,9 persen suara, dengan Bolsonaro meraup 49,1 persen suara, menjadikan Pemilu terketat sejak Brasil kembali ke demokrasi kediktaktoran 1964-1985.

"Di mana pun di dunia, presiden yang kalah pasti sudah menelepon untuk mengakui kekalahan. Dia belum menelepon, saya tidak tahu apakah dia akan menelepon dan menyerah," kata Lula kepada kerumunan massa dalam pidato kemenangan di Sao Paulo, dilansir dari The National News 1 November.

"Negara ini membutuhkan perdamaian dan persatuan," ujarnya dengan sorak-sorai yang nyaring.

Presiden Lula
Presiden terpilih Brasil Luiz Inacio Lula da Silva atau Lula. (Wikimedia Commons/Marcelo Freixo)

"Tantangannya sangat besar," tandas Lula tentang pekerjaan di depan, mengutip krisis kelaparan, masalah ekonomi, perpecahan politik yang pahit dan deforestasi di Amazon.

Lula pada Hari Minggu bersumpah untuk 'berjuang guna mewujudkan nol deforestasi'.

Namun, saingannya, Bolsonaro, belum mengomentari kekalahannya, setelah sebelumnya selama berbulan-bulan menuduh tanpa memberikan bukti, bahwa sistem pemilihan elektronik Brasil diganggu oleh penipuan. Menilai pengadilan, media dan lembaga lain telah berkonspirasi melawan haknya.

Beberapa pendukung Bolsonaro, yang berkumpul di ibu kota Brasilia, menolak untuk menerima hasil tersebut.

"Rakyat Brasil tidak akan menelan pemilu palsu dan menyerahkan negara kita kepada pencuri," ujar guru berusia 50 tahun, Ruth da Silva Barbosa.

Sementara, pendukung Lula di seluruh negeri larut dalam perayaan pada Minggu malam.

"Kami telah menjalani empat tahun pemerintahan genosida dan penuh kebencian," ujar Maria Clara, seorang mahasiswa berusia 26 tahun, di sebuah pesta kemenangan di pusat Kota Rio.

"Hari ini demokrasi menang, dan kemungkinan memimpikan negara yang lebih baik lagi," sambungnya.

Diketahui, Bolsonaro, konservatif garis keras, menjadi presiden petahana pertama yang tidak memenangkan pemilihan ulang di era pasca kediktatoran.

Terlepas dari bagaimana petahana bereaksi, Lula akan menghadapi tantangan besar ketika dia dilantik pada 1 Januari mendatang. Sekutu sayap kanan Bolsonaro mencetak kemenangan besar dalam pemilihan legislatif dan gubernur dalam pemilihan putaran pertama pada 2 Oktober, bakal menjadikan mereka kekuatan terbesar di Kongres.