Bagikan:

JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan, ia tidak ingin "menyenangkan siapa pun" dengan pandangannya mengenai invasi Rusia ke Ukraina, setelah ia memicu kritik di Barat karena menyatakan Kyiv ikut bertanggung jawab atas perang tersebut.

Berbicara di Lisbon pada Hari Sabtu pada awal kunjungan pertamanya ke Eropa sejak terpilih sebagai presiden, Lula mengatakan tujuannya adalah untuk "membangun sebuah cara untuk membawa keduanya (Rusia dan Ukraina) ke meja perundingan."

"Saya ingin menemukan alternatif ketiga (untuk menyelesaikan konflik), yaitu pembangunan perdamaian," katanya dalam sebuah konferensi pers, melansir Reuters 22 April.

Sebelumnya, Presiden Lula telah dikritik di Barat karena menyatakan Ukraina dan Rusia harus disalahkan, terkait konflik yang dimulai ketika Moskow menginvasi tetangganya pada Bulan Februari 2022.

Pekan lalu, ia mengatakan Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Eropa harus berhenti memasok senjata ke Ukraina, dengan mengatakan hal itu hanya akan memperpanjang perang.

"Jika Anda tidak menciptakan perdamaian, Anda berkontribusi pada perang," ujar Presiden Lula.

Sementara itu, Gedung Putih menuduh Presiden Lula "menirukan" propaganda Rusia dan Cina.

Diketahui, Presiden Lula tiba di Portugal pada Hari Jumat untuk kunjungan lima hari, dalam upayanya untuk meningkatkan hubungan luar negeri.

Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa, yang mendampingi Lula dalam konferensi pers, mengatakan bahwa sikap kedua negara terhadap perang tersebut berbeda.

Portugal adalah anggota pendiri NATO dan telah mengirimkan peralatan militer ke Ukraina. Presiden Rebelo de Sousa mengatakan, Ukraina memiliki hak untuk mempertahankan diri dan "memulihkan" wilayahnya.

Komentar Presiden Lula mengenai perang tersebut telah membuat marah komunitas Ukraina di Portugal, di mana sebuah demonstrasi diadakan di luar kedutaan besar Brasil pada Hari Jumat.

Sebelumnya pada Hari Sabtu, Presiden Lula menghadiri upacara penyambutan di luar Biara Jerónimos Lisbon. Dua orang pendukung Ukraina yang membawa bendera dan sebuah tanda tidak diizinkan untuk berdiri di dekat area upacara, karena petugas polisi mengatakan mereka tidak meminta izin untuk melakukan protes.