JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengeluarkan ultimatum terhadap Ukraina, dengan proposal Moskow tentang demiliterisasi dan denazifikasi tanah yang dikuasai Kyiv dan penghapusan ancaman keamanan harus diterima dengan 'cara damai' atau militer Rusia akan menangani masalah ini.
"Musuh sangat menyadari proposal kami tentang demiliterisasi dan denazifikasi wilayah yang dikuasai rezim (Kyiv), penghapusan ancaman terhadap keamanan Rusia yang datang dari sana dan itu termasuk wilayah baru kami (Wilayah DPR, LPR, Kherson dan Zaporizhzhia)," kata Menlu Lavrov, melansir TASS 27 Desember.
"Ada sedikit yang harus dilakukan, menerima proposal ini dengan cara yang bersahabat. Jika tidak, Angkatan Darat Rusia akan menangani masalah ini," tegasnya.
"Mengenai kemungkinan berlanjutnya konflik, maka bola ada di pihak rezim (Kyiv) dan Washington, yang berdiri di belakangnya. Mereka dapat mengakhiri perlawanan yang tidak masuk akal ini kapan saja," tandas Menlu Lavrov.
Sementara itu mengutip Reuters, pernyataan Menlu Lavrov itu disampaikan sehari setelah Presiden Vladimir Putin mengatakan dia terbuka untuk pembicaraan. Kyiv dan sekutu Baratnya telah menolak tawaran Putin untuk berbicara, namun pasukannya menghantam kota-kota Ukraina dengan rudal dan roket.
Tak hanya itu, Moskow terus menuntut agar Kyiv mengakui penaklukannya atas seperlima negara. Sementara, Kyiv mengatakan akan berjuang sampai Rusia mundur.
BACA JUGA:
Diketahui, Presiden Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, menyebutnya sebagai "operasi khusus" untuk "denazifikasi" dan demiliterisasi Ukraina, yang menurutnya merupakan ancaman bagi Rusia. Sementara Kyiv dan Barat mengatakan invasi Putin hanyalah perampasan tanah imperialis.