Usai Gagalkan Serangan Bom, Polisi Brasil Amankan Tas Punggung yang Ditemukan di Dekat Rumah Presiden Terpilih Lula
Luiz Inacio Lula da Silva. (Wikimedia Commons/Senado Federal)

Bagikan:

JAKARTA - Polisi di ibu kota Brasil, Brasilia, mengatakan pada Selasa bahwa sebuah tas punggung ditemukan di dekat tempat tinggal Presiden terpilih Luiz Inacio Lula da Silva yang memicu ketakutan akan bom, kendati belakangan diketahui hanya berisi barang-barang pribadi.

Berita tentang penjinak bom yang dipanggil untuk beraksi hanya beberapa hari sebelum Lula menjabat, menggarisbawahi suasana gelisah di Brasilia setelah pemilihan paling sengit dalam satu generasi.

Ketegangan politik di ibu kota telah mendorong tim Lula untuk memperkuat protokol keamanan jelang pelantikan hari Minggu, kata Menteri Kehakiman Flavio Dino pada Hari Senin.

Pada Selasa, Dino mengatakan tim transisi akan meminta Mahkamah Agung menangguhkan pengangkutan senjata api di Brasilia untuk beberapa hari ke depan.

Sejak Bolsonaro mulai melonggarkan undang-undang senjata pada 2019, jumlah pemilik senjata terdaftar melonjak enam kali lipat menjadi sekitar 700.000 orang.

"Kami akan meminta Hakim Alexandre de Moraes untuk menangguhkan pengangkutan senjata api di Distrik Federal antara besok (Rabu) dan 2 atau 3 Januari," kata Dino kepada wartawan, melansir Reuters 28 Desember.

"Tujuannya, bahkan orang yang memiliki izin... memiliki penangguhan ini atas perintah pengadilan, sehingga setiap membawa (senjata api) dalam periode ini akan dianggap sebagai kejahatan," tandasnya.

Sebelumnya, polisi Brasilia mengatakan mereka telah menggagalkan rencana bom, menangkap seorang pria yang memiliki hubungan dengan kelompok penyangkal hasil Pemilu pendukung petahana Presiden Jair Bolsonaro yang berkemah di luar markas tentara, yang telah mendesak militer untuk membatalkan kemenangan Lula, pada 24 Desember.

George Washington Sousa, yang mengaku membuat perangkat itu dan berkomplot dengan penghuni kamp lain untuk meledakkannya, mengatakan dia berharap bom itu akan "memprovokasi intervensi militer untuk mencegah pemasangan komunisme di Brasil."

Pada awal Bulan Desember, sebuah kelompok dari perkemahan mencoba menyerbu markas polisi federal setelah penangkapan seorang pemimpin pribumi pro-Bolsonaro karena dugaan ancaman anti-demokrasi.