JAKARTA - Kuncitara yang banyak dijadikan opsi melawan COVID-19 oleh banyak negara dunia nyatanya tak hanya membawa narasi kerugian ekonomi. Kuncitara turut membawa kembali hewan-hewan ke habitat mereka yang sebelumnya terinvasi keberadaan manusia.
Kehadiran macan tutul langka di Kazakhstan, babi hutan yang berkeliaran di jalanan Israel, hingga yang paling baru: penyu-penyu mulai terlihat di Rio De janeiro, Brasil, Selasa, 26 Mei.
Penyu-penyu yang biasa jarang menampakkan diri sebelum mewabahnya COVID-19 kini dengan mudah ditemukan warga Brasil. Mereka hanya perlu berkunjung ke sebelah bandara di Santos Dumont untuk melihat keberadaan penyu, bahkan dengan mata telanjang.
Melansir Reuters, seorang saksi mata mengungkap setidaknya terdapat empat penyu yang berenang tak jauh dari landasan pacu Bandara Santos Dumont. Kehadiran mereka jadi bukti Kota Wisata tersebut mulai nyaman dihuni kembali oleh penyu-penyu.
"(Kuncitara) memungkinkan hewan-hewan ini muncul pada tempat yang mana mereka biasanya tidak terlihat," kata seorang Ahli Biologi, Mario Moscatelli.
Namun, Moscatelli mengungkap, kehadiran penyu yang menjelajah ke wilayah manusia sebenarnya sungguh berisiko. Alasannya tak lain karena daerah tempat penyu menjelajah merupakan daerah yang tampak kotor dan penuh dengan sampah.
“Hewan-hewan cantik ini akhirnya membingungkan sampah plastik dengan makanan. Itu dapat menyebabkan kematian karena bahan plastik menghalangi saluran pencernaan, ” kata Moscatelli.
BACA JUGA:
Meski begitu, Moscatelli juga menegaskan, sebenarnya bukan hal aneh kala penyu mulai memasuki teluk. Menurutnya, sepinya orang-orang, kapal, pesawat lepas landas menjadi rangkuman dari alasan utama kehadiran penyu-penyu.
Apalagi, diketahui, empunya kebijakan membatalkan penerbangan pesawat komersil hingga 90 persen. Padahal, sebelumnya, Bandara Santos Dumont jadi salah satu dari lima bandara tersibuk di Brazil. Karena itulah bandara tersebut memiliki rata-rata 15 keberangkatan tiap hari.
Sejauh ini Brasil telah mengonfirmasi 415 ribu kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 25.697 kasus meninggal dunia.