Bagikan:

JAKARTA - Hasil penelitian terbaru di Amerika Serikat mengungkapkan kemungkinan riwayat timbal dalam bensin menjadi penyebab puluhan juta kondisi gangguan kesehatan mental.

"Kita telah menggeser kurva populasi untuk masalah kesehatan mental, sehingga setiap orang memiliki risiko lebih besar dalam gejala penyakit mental, dan beberapa orang yang sudah berisiko akan mengembangkan gangguan yang dapat didiagnosis lebih cepat, lebih sering atau lebih banyak jenisnya," kata salah satu penulis Dr. Aaron Reuben, asisten profesor neuropsikologi klinis di Universitas Virginia, dilansir dari CNN 2 Januari.

Penelitian yang diterbitkan di "The Journal of Child Psychology and Psychiatry" bulan lalu tersebut memperkirakan, sekitar 151 juta diagnosis gangguan mental di AS disebabkan oleh timbal.

Paparan tersebut kemungkinan tidak akan terjadi jika timbal tidak ada dalam bensin, tambah Reuben.

Mobil menggunakan bensin yang mengandung timbal sejak tahun 1920-an. Sementara, Amerika Serikat baru mulai menghentikan penggunaan zat tersebut pada tahun 1980-an, setelah bukti substansial tentang bahayanya selama beberapa dekade, menurut Badan Informasi Energi AS.

Sejauh ini, bensin bertimbal terus digunakan sebagai bahan bakar untuk beberapa pesawat, mobil balap, dan peralatan pertanian dan kelautan.

"Orang-orang yang terpapar tidak ada dalam buku sejarah," kata Reuben.

"Jutaan orang Amerika hidup dengan riwayat paparan timbal yang tidak diketahui dan tidak kasat mata yang kemungkinan besar telah memengaruhi cara mereka berpikir, merasa dan berperilaku menjadi lebih buruk," jelasnya.

Reuben mengatakan, para ilmuwan telah mengumpulkan penelitian selama seabad terakhir yang menunjukkan timbal berbahaya bagi hampir setiap sistem organ.

Dalam penelitian sebelumnya, ia dan timnya menggunakan data tentang kadar timbal dalam darah anak-anak, penggunaan gas bertimbal dan statistik populasi untuk memperkirakan paparan timbal pada anak-anak dan menemukan setengah dari populasi AS terpapar kadar timbal yang merugikan di awal kehidupan.

Jumlah orang yang terdampak mungkin tidak terduga bagi banyak orang, kata Dr. Bruce Lanphear, ilmuwan kesehatan masyarakat di Simon Fraser University, Kanada dengan keahlian dalam keracunan timbal. Ia tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

"Mengingat peringatan dan keterbatasan mereka, saya pikir mereka telah melakukan pekerjaan menyeluruh dalam mencoba memperkirakan paparan," katanya.

Salah satu keterbatasan tersebut adalah, para peneliti tidak mengukur semua kemungkinan sumber paparan, yang berarti hasilnya mungkin sebenarnya meremehkan masalah tersebut, Lanphear menambahkan.

"Kami belum dapat sepenuhnya memahami bagaimana paparan tersebut memengaruhi kesehatan dan penyakit sepanjang abad ini," Reuben menambahkan.

Timbal adalah neurotoksin yang kuat dan dapat mengganggu perkembangan otak dalam banyak cara yang dapat memengaruhi sebagian besar jenis masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi dan ADHD, katanya.

Tetapi orang-orang juga kemungkinan terdampak dengan cara yang tidak dapat didiagnosis.

"Itu juga mengubah kepribadian. Kami yakin bahwa (paparan timbal) membuat orang sedikit kurang teliti, jadi kurang terorganisasi, kurang berorientasi pada detail, kurang mampu mencapai tujuan mereka dengan cara yang terorganisasi dan lebih neurotik," imbuh Reuben.