JAKARTA - Bagian-bagian dari buku petunjuk operasional Boeing 737 ditemukan lecek dan tampaknya robek karena tergesa-gesa di lokasi kecelakaan Jeju Air, hal yang dinilai ahli menunjukkan upaya pilot untuk melakukan pendaratan darurat.
Menurut TV kabel MBN pada Kamis, beberapa halaman buku petunjuk operasional Boeing 737, yang merinci berbagai metrik teknis untuk pesawat tersebut, ditemukan di antara reruntuhan.
Buku petunjuk tersebut, yang juga dikenal sebagai Quick Reference Handbook (QRH), adalah buku petunjuk setebal 2.000 halaman yang berisi prosedur tanggap darurat. Buku petunjuk tersebut biasanya disimpan di kokpit, dengan satu salinan untuk masing-masing kapten dan kopilot.
Halaman-halaman yang ditemukan kembali mencakup rincian tentang daya minimum yang diperlukan agar Boeing 737-800 meluncur dengan roda pendaratan yang terbuka, serta prosedur untuk pendaratan darurat di air, dikutip dari The Korea Times 3 Januari.
Sementara itu, para ahli berpendapat halaman-halaman yang robek menunjukkan upaya putus pilot untuk menangani keadaan darurat.
Profesor operasi penerbangan di Universitas Silla Koh Seung-hee mengatakan, "Kapten mungkin telah memerintahkan kopilot untuk memeriksa seberapa jauh mereka dapat meluncur atau tindakan apa yang mungkin dilakukan, yang mendorong mereka untuk merujuk ke manual."
Sedangkan Profesor Kim Kwang-il dari dari Universitas Silla mengatakan, "Dalam situasi yang mendesak seperti itu, mereka tidak dapat membuka seluruh manual, jadi mereka mungkin hanya merobek halaman yang diperlukan untuk membuat keputusan dengan cepat."
Terpisah, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi telah mulai menganalisis perekam suara kokpit (CVR) untuk menentukan penyebab kecelakaan, setelah mengonversi file audionya untuk ditinjau.
Diberitakan sebelumnya, Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai penerbangan Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 dan registrasi HL8088 dari Bandara Internasional Suvarnabhumi, Thailand mengalami kecelakaan maut saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada 29 Desember.
Pesawat yang mengangkut 175 penumpang dan enam awak dalam penerbangan itu berubah menjadi bola api setelah melakukan pendaratan darurat dan menghantam dinding. Hanya dua awak pesawat yang selamat dari peristiwa itu.
Pakar penerbangan pada Hari Selasa menyoroti perlunya revisi regulasi aturan keselamatan bandara, termasuk yang terkait zona keselamatan landasan pacu, saat sorotan mengarah pada struktur beton dekat landasan pacu mungkin memperburuk tingkat keparahan korban dalam kecelakaan Jeju Air.
BACA JUGA:
Keberadaan struktur beton turut menjadi materi pemeriksaan penyelidik tragedi tersebut untuk mencari penyebab kecelakaan, selain kemungkinan serangan burung.
Otoritas Korea Selatan (Korsel) selidiki sejumlah kemungkinan penyebab kecelakaan maut Jeju Air, termasuk memeriksa serangan burung dan keberadaan tanggul bandara, saat proses penyelidikan ditingkatkan pada Hari Selasa.
Pesawat menabrak tanggul dengan kecepatan tinggi dan meledak menjadi bola api. Mayat dan bagian tubuh berhamburan ke ladang di sekitarnya dan sebagian besar pesawat hancur dalam kobaran api.