Bagikan:

JAKARTA - Banjir kembali merendam pemukiman di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Rabu, 15 April kemarin. Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria menyebut, Cipinang Melayu sering mengalami banjir akibat pembangunan Gelora Bung Karno (GBK).

Riza menuturkan, Cipinang Melayu menjadi salah satu daerah yang permukaannya dikeruk saat pembangunan GBK puluhan tahun lalu. Akibatnya, permukaan tanah di Cipinang Melayu menjadi rendah.

"Cipinang Melayu ini kan memanga beda. Banyak penyebabnya, di antaranya zaman dulu waktu kita bangun GBK kan tanah diambil dari sana, dari Condet, Kalibata. Sehingga, dulu menjadi kubangan. Karena sulitnya lahan oleh warga, dijadikan pemukiman," kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis, 15 April.

Oleh sebab itu, saat ini Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI sedang mencari solusi untuk meminimalisasi dampak banjir di Cilinang Melayu.

"Di antaranya konsep yang sudah pernah kami sampaikan di situ nanti harus dibangun rusunawa atau rusunami dan bawahnya kosong. Ketika kemarau jadi basement dan tempat bermain. Ketika hujan, banjir, jadi tempat tampungan air," jelas dia.

Banjir kembali merendam permukiman warga di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, akibat luapan Kali Sunter, pada Rabu, 14 April, hingga Kamis, 15 April dini hari.

Menurut salah satu petugas PPSU Cipinang Melayu, Agus, banjir yang merendam permukiman itu terjadi karena intensitas hujan tinggi sejak kemarin sore yang mengakibatkan Kali Sunter meluap.

"Akibat hujan di hulu. Sekarang sudah mulai penyurutan," kata Agus.

Menurut salah warga terdampak banjir, Yati, air luapan Kali Sunter mulai menggenangi permukimannya pada Rabu, 14 April, sekitar pukul 18.30 WIB.

Akibat luapan Kali Sunter tersebut, permukiman di rumahnya digenangi air setinggi hingga satu meter.