Korea Utara Bakal Miliki 242 Senjata Nuklir dan Lusinan Rudal Balistik Antarbenua di Tahun 2027
Rudal balistik antarbenua Hwasong-14 milik Korea Utara. (Wikimedia Commons/Stefan Krasowski)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara disebut bisa memiliki ratusan senjata nuklir dan belasan rudal balistik antarbenua (ICBM). Kondisi ini membuat Amerika Serikat dan Korea Selatan diminta untuk mempertimbangkan semua opsi yang ada, untuk melawan ancaman yang berkembang. 

Hal ini diungkapkan oleh The Asan Institute for Policy Studies dan The Rand Corp dalam laporan penelitian bersama. Keduanya meminta Korea Selata dan Amerika Serikat mengambil langkah taktis terkait kondisi ini.

Laporan itu muncul di tengah tanda-tanda aktivitas mengkhawatirkan di galangan kapal pantai timur Korea Utara, yang dipandang sebagai situs uji coba rudal balistik yang diluncurkan kapal selam. Serta, setelah panel PBB melaporkan Pyongyang terus mengembangkan program nuklir dan misilnya.

"Diperkirakan jumlah total senjata nuklir Korea Utara pada tahun 2027 akan menjadi antara 151 dan 242, di samping puluhan rudal balistik antarbenua bergerak," tulis laporan berjudul 'Countering the Risks of North Korean Nuclear Weapons', melansir Koreatimes, Selasa 13 April.

Laporan tersebut mendasarkan perkiraannya pada jumlah bahan fisil, seperti plutonium dan uranium yang diperkaya tinggi, yang diyakini telah diproduksi oleh Pyongyang, mengutip data seperti perkiraan komunitas intelijen Amerika Serikat.

"Kami memperkirakan jumlah senjata nuklir Korea Utara dari 2017 hingga 2027, dengan jumlah awal 30 hingga 60 senjata nuklir pada 2017, dengan satu hingga dua senjata plutonium ditambahkan pada 2020, dan dengan jumlah yang bertambah 12 senjata per tahun atau 18 senjata per tahun," papar laporan tersebut.

penambakan rudal korea utara
(Korea Utara Penembakan KN-23 tahun 2013. (Sumber:Rodong Sinmun via missilethreat.csis.org)

Kendati demikian, laporan tersebut tetap mencatat perlunya kehati-hatian dalam menarik kesimpulan terhadap inventaris persenjataan Korea Utara, merujuk fakta perkiraan tidak didasarkan pada produksi senjata nuklir yang sebenarnya. Dan, jumlah sentrifugal operasional yang tidak pasti yang digunakan untuk menghasilkan uranium yang diperkaya tinggi.

Namun, tidak tertutup kemungkinan Korea Utara dapat menggunakan ancaman dan serangan nuklir dengan cara yang jauh lebih koersif dan beragam. Untuk itu, Korea Selatan dan Amerika Serikat diminta untuk siaga.

"Amerika Serikat juga dapat mengancam Korea Utara bahwa jika itu melewati ambang batas ICBM atau inventaris senjata nuklir, atau keduanya, Amerika Serikat akan menempatkan delapan hingga sepuluh senjata nuklir taktis ROK yang mampu menghancurkan fasilitas bawah tanah yang dalam," tambahnya. ROK adalah nama resmi Korea Selatan, Republik Korea.

Ditambahkan laporan itu, pengalihan kendali operasional masa peran (OPCON) dari Washington ke Seoul harus ditunda, sampai dukungan pemberian senjata nuklir dari Amerika Serikat ke Korea Selatan terealisasi.

"Tidak seperti dalam konflik konvensional, dalam konflik nuklir, Korea Selatan tidak siap untuk mengambil peran utama dalam menghadapi Korea Utara, terutama pada tahap awal kemungkinan," terang laporan tersebut.

"Ini adalah kelemahan utama yang dapat membuat Korea Utara menafsirkan transisi OPCON sebagai tanda komitmen Amerika Serikat yang goyah untuk mendukung ROK," pungkas laporan tersebut.