Korea Utara Akui Uji Coba Penembakan Rudal Balistik Berpemandu Jenis Baru
Penembakan rudal KN-23 pada 4 Mei 2019. (Sumber: Rodong Sinmun via missilethreat.csis.org)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara mengakui telah melakukan uji coba penembakan rudal balistik berpemandu jenis baru, pada Hari Kamis 25 Maret kemarin, bunyi pernyataan kantor berita Korea Utara KCNA.

Senjata baru ini didasarkan pada teknologi yang ada yang ditingkatkan untuk membawa hulu ledak seberat 2,5 ton. KCNA menerangkan, rudal itu secara akurat mencapai target 600 km (373 mil) di lepas pantai timur Korea Utara, yang bertentangan dengan perkiraan pihak berwenang Korea Selatan dan Jepang yang mengatakan rudal terbang sekitar 420-450 km.

"Pengembangan sistem senjata ini sangat penting dalam memperkuat kekuatan militer negara dan mencegah segala macam ancaman militer," kata Ri Pyong Chol, pemimpin senior Korea Utara yang mengawasi tes tersebut, menurut KCNA, melansir Reuters.

Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan penembakan rudal bercat hitam-putih ditembakan dari kendaraan peluncur rudal militer.

Spesialis rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS) yang berbasis di California mengatakan, rudal yang ditembakan kemarin tampaknya seperti rudal yang diluncurkan pada parade militer besar di Pyongyang pada Bulan Oktober 2020 lalu

"Jika ya, maka rudal Kamis kemungkinan merupakan varian yang ditingkatkan dan mungkin merupakan varian dari rudal KN-23 yang diuji sebelumnya dengan hulu ledak yang sangat besar," kata Jeffrey Lewis, dari CNS.

KN-23 adalah rudal balistik jarak pendek (SRBM) Korea Utara yang pertama kali diuji pada Mei 2019, dengan kemiripan visual dengan Iskander-M SRBM Rusia. Kemiripan yang menimbulkan pertanyaan, terkait bantuan asing untuk pengembangan rudal tersebut.

"Hulu ledak rudal baru seberat 2,5 ton mungkin merupakan reaksi atas pengumuman Korea Selatan pada Bulan Agustus lalu, terkait Hyunmoo-4 SRBM terbaru (Korea Selatan) memiliki 'muatan terbesar di dunia', mencapai 2 ton," kata Lewis.

SRBM yang dikembangkan oleh Korea Utara dirancang untuk mengalahkan pertahanan rudal dan melakukan serangan presisi di Korea Selatan, kata para analis.

KCNA mengatakan uji coba pada Kamis mengonfirmasi kemampuan rudal untuk melakukan mode peluncuran ketinggian rendah, sebuah fitur yang membuat senjata semacam itu lebih sulit untuk dideteksi dan ditembak jatuh.

Terpisah, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Hari Kamis mengatakan, Amerika Serikat tetap terbuka untuk diplomasi dengan Korea Utara meskipun ada uji coba misilnya minggu ini. Namun, tetap mengeluarkan peringatan akan adanya tanggapan, jika Korea Utara meningkatkan masalah.