JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Ukraina pada Hari Minggu mengatakan, jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad menggarisbawahi kelemahan dan ketidakmampuan Rusia untuk berperang di dua front.
"Peristiwa di Suriah menunjukkan kelemahan rezim Putin, yang tidak mampu berperang di dua front dan mengabaikan sekutu terdekatnya demi agresi yang berkelanjutan terhadap Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 9 Desember.
Rusia diketahi memperkuat Pemerintahan Presiden Assad dengan melancarkan serangan udara terhadap target-target oposisi mulai tahun 2015, melakukan operasi dari dua pangkalan di wilayah Suriah.
Namun, invasi Moskow yang telah berlangsung selama 33 bulan ke Ukraina telah menguras sumber daya militer yang cukup besar.
Sementara itu, Direktorat intelijen militer Ukraina HUR dalam unggahan di aplikasi perpesanan Telegram mengatakan, pasukan Rusia di Suriah "telah menarik kapal perangnya dari pangkalan angkatan laut di Tartous yang telah diizinkan Presiden Assad.
Sebuah fregat, Admiral Grigorovich, serta sebuah kapal kargo, Engineer Trubin, ditarik keluar dari Tartous pada Hari Minggu, katanya dan pesawat Rusia sedang memindahkan "sisa-sisa senjata dan peralatan militer mereka" dari pangkalan udara Khmemim.
Kendati demikian, HUR tidak memberikan bukti atas pernyataannya, sementara Reuters tidak dapat segera memverifikasi situasi tersebut.
Sebelumnya, para blogger perang Rusia memperingatkan pada akhir pekan, kedua pangkalan dan keberadaan Moskow di Timur Tengah terancam oleh para pemberontak.
BACA JUGA:
Presiden Bashar al-Assad telah meninggalkan jabatannya dan meninggalkan Suriah, setelah memberikan perintah untuk pengalihan kekuasaan secara damai, kata otoritas Rusia pada Hari Minggu, tetapi tidak mengatakan di mana dia sekarang atau apakah militer Rusia berencana untuk tetap berada di Suriah.
Pemberontak Suriah menyatakan mereka telah menggulingkan Pemerintahan Presiden Assad setelah merebut kendali Damaskus pada Hari Minggu, mengakhiri pemerintahan otokratis keluarganya selama beberapa dekade setelah lebih dari 13 tahun perang saudara.
Belakangan, sumber Kremlin mengatakan kepada kantor berita Rusia Hari Minggu, Bashar al-Assad berada di Moskow bersama keluarganya setelah Rusia memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan, sementara kesepakatan telah dilakukan untuk memastikan keamanan pangkalan militer Rusia.