JAKARTA - Keruntuhan sekutu Rusia, Suriah, dalam menghadapi serangan kelompok pemberontak menunjukkan Moskow tidak dapat berperang di dua front. Ukraina menegaskan kembali bantahan Kyiv terlibat dalam pertempuran di sana.
“Kita dapat melihat bahwa Rusia tidak dapat berperang di dua front – hal ini terlihat jelas dari kejadian di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Heorhii Tykhyi dilansir Reuters, Jumat, 6 Desember
Setelah bertahun-tahun terkurung di garis depan, pemberontak Suriah melancarkan serangan tercepat di medan perang oleh kedua belah pihak sejak pemberontakan melawan Presiden Bashar al-Assad berubah menjadi perang saudara 13 tahun lalu.
Tykhyi menanggapi pertanyaan tentang tuduhan dari Iran, sekutu Assad lainnya, Ukraina mendukung apa yang disebut Teheran sebagai kelompok teroris.
“Ukraina dengan tegas dan tegas menolak tuduhan apa pun… mengenai dugaan keterlibatan kami dalam memburuknya situasi keamanan di Suriah,” kata Kemlu Ukraina.
BACA JUGA:
Pemerintahan Assad mampu mempertahankan
sebagian besar wilayah negaranya setelah bertahun-tahun pertempuran sengit.
Namun, serangan cepat selama seminggu yang dilakukan pemberontak membuat mereka berhasil merebut dua kota besar dan sejumlah wilayah.
“Kerugian signifikan Rusia di Ukraina telah menyebabkan Moskow menarik sebagian besar pasukan dan peralatannya dari Suriah, meninggalkan sekutunya, tanpa dukungan yang diperlukan,” kata Tykhyi.
Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina hampir tiga tahun lalu. Puluhan ribu tentara dan warga sipil Ukraina tewas dalam pertempuran.