Akrab saat Menjabat, Mantan PM Israel Netanyahu Minta Presiden Rusia Vladimir Putin Hentikan Perang di Ukraina
Vladimir Putin dan Benjamin Netanyahu. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Israel sekaligus pemimpin oposisi Benjamin Netanyahu, meminta Presiden Vladimir Putin untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.

Selama masa jabatannya, Netanyahu secara luas dianggap memiliki hubungan dekat dengan Putin sambil memperluas perdagangan Israel-Rusia, terlepas dari aliansi Rusia dengan saingan Israel, Iran dan Suriah.

Keputusan Presiden Putin untuk berperang di Ukraina "dipandu oleh visinya untuk membangun kembali wilayah Rusia yang hebat," ujar Netanyahu, dilansir dari The National News 24 Oktober.

Dia berharap, pemimpin Rusia itu "memiliki pemikiran kedua tentang hal itu (invasi ke Ukraina)," katanya dalam sebuah wawancara dengan USA Today.

"Kami semua bersimpati kepada Ukraina, itu bahkan bukan pertanyaan, dan saya tidak berbeda," katanya.

Netanyahu sering menyebut Presiden Putin sebagai 'teman'. Kedua pemimpin berkoordinasi erat selama ketegangan yang timbul dari perang Suriah, ketika Israel memulai kampanye pengeboman terhadap senjata Iran di Suriah, meskipun kehadiran pasukan Rusia, yang mendukung pemimpin Suriah Bashar Al Assad.

Selama pertemuan puncak tahun 2017 di Moskow, Netanyahu merilis sebuah pernyataan pada pertemuan kedua pemimpin yang "mencerminkan persahabatan sejati dan pengetatan hubungan di bidang ekonomi, teknologi, pariwisata dan budaya, serta jembatan hidup dari satu juta penutur bahasa Rusia yang hidup. di Israel."

Sejak Netanyahu meninggalkan jabatannya tahun lalu, Israel telah berusaha untuk tidak memusuhi Rusia dalam konflik Ukraina, dengan para menteri menunjukkan pentingnya melanjutkan koordinasi militer atas langit Suriah, serta hubungan Israel dengan komunitas Yahudi Rusia.

Diketahui, Ukraina telah meminta lebih banyak bantuan Israel, terutama sejak Rusia mulai membeli dan mengerahkan drone dari Iran, musuh regional Israel yang penting.

Israel sejauh ini menolak seruan dari AS, Ukraina, dan lainnya untuk memasok Ukraina dengan senjata ofensif dan defensif, sebaliknya mendukung Ukraina dengan bantuan kemanusiaan, helm dan jaket antipeluru.

Menyusul pengungkapan publik Rusia menggunakan drone Iran di Ukraina, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, Israel "mengikuti keterlibatan Iran dalam perang." Dia mengatakan Iran "juga dapat memberikan sistem canggih tambahan" ke Rusia dalam waktu dekat.

Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, telah berusaha untuk menengahi antara Rusia dan Ukraina pada hari-hari awal konflik, ketika ia terbang ke Moskow untuk bertemu dengan Putin. Penerus Bennett, Yair Lapid, telah mengambil sikap yang lebih kritis terhadap invasi, menarik kritik tajam dari Rusia.