Bagikan:

JAKARTA - Penjaga Pantai Filipina (PCG) mengatakan kapal angkatan laut dan penjaga pantai Tiongkok telah mengambil "tindakan agresif" terhadap patroli rutin yang dilakukan bersama biro perikanan dan maritim di dekat Scarborough Shoal alias Bajo De Masinloc atau Huangyan Dao (nama China) yang disengketakan di Laut China Selatan pada Hari Rabu.

Juru bicara PCG Jay Tarriela dalam cuitannya di Twitter menuliskan, PCG bersama Bureau of Fisheries and Aquatic Resources (BFAR) melakukan patroli maritim rutin di sekitar Bajo De Masinloc untuk mendukung nelayan Filipina yang aktif menangkap ikan di daerah tersebut.

"Selama operasi ini, kapal kami menghadapi tindakan agresif dari beberapa kapal Coast Guard Tiongkok, khususnya CCG 5303, 3302, 3104, 3304, serta kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat dengan nomor haluan 500 dan 571," cuitnya di Twitter seperti dikutip 4 Desember.

"Sekitar pukul 06.30, CCG 3302 menembakkan meriam air ke BRP Datu Pagbuaya (MMOV 3003), yang diarahkan langsung ke antena navigasi kapal saat kapal tersebut berada 16 mil laut di selatan Bajo de Masinloc," ungkapnya.

"Setelah tindakan permusuhan ini, CCG 3302 dengan sengaja menyerempet BRP Datu Pagbuaya di sisi kanannya. Tak lama kemudian, pada pukul 06.55, CCG 3302 melancarkan serangan meriam air kedua ke kapal yang sama," lanjutnya.

Lebih jauh lagi dijelaskan, kapal-kapal PCG, termasuk BRP Teresa Magbanua, menghadapi pemblokiran, pembayangan dan manuver berbahaya dari kapal Angkatan Laut PLA 500 dan CCG 503. Selain itu, BRP Cabra menjadi sasaran manuver sembrono oleh CCG 3104 pada jarak 300 yard.

"PCG dan BFAR menegaskan kembali komitmen untuk melindungi hak dan keselamatan nelayan kami di dalam yurisdiksi maritim kami. Kami akan terus waspada dalam menjaga kepentingan nasional kami di Laut Filipina Barat," cuit JayTarriela.

Ketegangan antara Tiongkok dan Filipina di Laut Cina Selatan telah meningkat sepanjang tahun, khususnya di Scarborough Shoal, daerah penangkapan ikan utama, dikutip dari Reuters.

Diketahui, Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan dengan apa yang disebut sembilan garis putus-putus (nine-dash line), yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara penggugat lainnya, yakni Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Keputusan pengadilan arbitrase pada tahun 2016, yang tidak diakui oleh Beijing, membatalkan klaim Tiongkok atas perairan strategis tersebut.