Bagikan:

JAKARTA - Pejabat senior Hamas menilai pernyataan Donald Trump mengenai pembebasan sandera di Jalur Gaza, Palestina diarahkan ke Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Pemerintah Israel.

Trump, Presiden terpilih Amerika Serikat, mengatakan pada Hari Senin, akan ada 'harga yang mahal' di Timur Tengah, jika sandera yang ditahan di Jalur Gaza tidak dibebaskan sebelum pelantikannya bulan depan.

Itu menjadi pernyataan yang paling tegas sejak politisi Partai Republik tersebut terpilih kembali memimpin Negeri Paman Sam pada November lalu. Pelantikannya sendiri akan dilakukan pada 20 Januari mendatang.

"(Jika) para sandera tidak dibebaskan sebelum tanggal 20 Januari 2025, tanggal ketika saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada semua neraka yang harus dibayar di Timur Tengah, dan bagi mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman terhadap Kemanusiaan ini," tulisnya di media sosial, melansir Reuters 3 Desember.

"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima hukuman lebih berat daripada siapa pun yang pernah menerima hukuman dalam Sejarah Amerika Serikat yang panjang dan bertingkat," tambah Trump.

Menanggapi itu, pejabat senior Hamas Basem Naim mengatakan, PM Netanyahu telah menyabotase semua upaya untuk mengamankan kesepakatan yang melibatkan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

"Oleh karena itu, kami memahami pesan (Trump) ditujukan pertama-tama kepada Netanyahu dan pemerintahannya untuk mengakhiri permainan jahat ini," katanya kepada Reuters.

Terpisah, analis politik Gaza Ramiz Moghani mengatakan ancaman Trump ditujukan kepada Hamas dan pendukungnya Iran, memperingatkan hal itu akan membuat Israel berani untuk tidak hanya mengusir warga Palestina dari wilayah Gaza, tetapi juga mencaplok Tepi Barat yang diduduki Israel di dekatnya.

"Pernyataan-pernyataan ini memiliki implikasi serius bagi perang Israel di Gaza dan Tepi Barat," katanya kepada Reuters.

Diketahui, sedikitnya 250 orang disandera dan di bawah ke Gaza dalam serangan kelompok militan yang dipimpin Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menurut perhitungan Israel. Beberapa telah dibebaskan, setengahnya masih berada di Gaza, kendati setidaknya seperti di antaranya telah tewas.

Israel dan Hamas sendiri telah mengadakan negosiasi sejak Oktober 2023, tetapi setelah pembebasan sandera awal pada Bulan November tahun lalu, sedikit kemajuan telah dicapai dengan kedua belah pihak saling menyalahkan.