JAKARTA - Amerika Serikat telah mengecam Tiongkok karena ikut campur dalam operasi maritim Filipina dan merusak stabilitas regional, mendesak Beijing untuk menghentikan "tindakannya yang berbahaya dan mengganggu stabilitas" di Laut China Selatan, usai kapal kedua negara bertabrakan di wilayah yang disengketakan akhir pekan kemarin.
Insiden terbaru terjadi di lokasi yang telah lama disengketakan kedua negara, Second Thomas Shoal yang tidak berpenghuni di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina. Itu disebut Beting Ayungin dalam bahasa Filipina dan Ren'ai Jiao dalam bahasa China, bagian dari Kepulauan Spratly.
Manila menempatkan militernya di sebuah kapal perang tua yang sengaja dikandaskan di wilayah tersebut pada tahun 1999, untuk melindungi klaim maritim di sana. Misi pasokan rutin dikirim untuk memberikan dukungan logistik dan kebutuhan militer di sana.
"Menghalangi jalur pasokan ke pos terdepan ini dan mengganggu operasi maritim Filipina yang sah akan merusak stabilitas regional,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Matthew Miller dalam pernyataan tanggal 10 Desember yang dibagikan oleh Kedutaan Besar AS di Manila pada Hari Senin, melansir Reuters 11 Desember.
Amerika Serikat telah meminta Tiongkok untuk mematuhi keputusan arbitrase tahun 2016 yang membatalkan klaim besarnya di Laut China Selatan.
Regular RORE to BRP SIERRA MADRE this morning. BRP CABRA, Unaizah Mae 1, and M/L Kalayaan water cannoned by China Coast Guard. M/L Kalayaan suffered serious engine damage. Contrary to China Coast Guard disinformation, UM1 rammed by CCG vessel. pic.twitter.com/wOt55KVu8k
— Jay Tarriela (@jaytaryela) December 10, 2023
Amerika Serikat juga menegaskan kembali dukungannya terhadap sekutu perjanjian tersebut, Filipina, menegaskan kembali komitmennya terhadap pakta pertahanan bersama antara kedua negara.
Sementara itu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. secara terpisah mengatakan, kehadiran kapal penjaga pantai Tiongkok dan milisi maritim di perairan negaranya adalah ilegal dan tindakan mereka terhadap warga Filipina merupakan pelanggaran langsung terhadap hukum internasional.
Filipina semakin memperkuat tekadnya untuk mempertahankan dan melindungi hak kedaulatan negaranya di Laut China Selatan di tengah “agresi dan provokasi” yang dilakukan Tiongkok, tulis Presiden Marcos Jr. di media sosial X pada Minggu malam
"Kami tetap tidak terpengaruh," tulis Presiden Marcos Jr.
Diberitakan sebelumnya, penjaga pantai Filipina menuduh Tiongkok menembakkan meriam air dan menabrak kapal pasokan dan kapal penjaga pantai, sehingga menyebabkan "kerusakan mesin yang serius" pada salah satu kapal, sementara penjaga pantai Tiongkok mengatakan kapal Filipina dengan sengaja menabrak kapalnya.
Pada Hari Sabtu, Filipina menuduh Tiongkok melakukan "tindakan ilegal dan agresif", menembakkan meriam air ke kapal penangkap ikan pemerintah yang dioperasikan sipil, sebuah tindakan yang disebut Beijing sebagai "langkah pengendalian" yang sah.
BACA JUGA:
Dalam insiden Hari Minggu, penjaga pantai Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan, dua kapal Filipina, mengabaikan peringatan berulang kali, "secara ilegal memasuki perairan yang berdekatan dengan Terumbu Karang Ren’ai di Kepulauan Nansha tanpa izin dari pemerintah Tiongkok."
Juru bicara Penjaga Pantai Tiongkok Gan Yu meminta Filipina untuk menghentikan "tindakan provokatif", mengatakan Tiongkok akan terus melakukan "kegiatan penegakan hukum" di perairannya.
Di sisi lain, juru bicara penjaga pantai Filipina Jay Tarriela mengunggah di platform media sosial X, "M/L Kalayaan mengalami kerusakan mesin yang serius. Bertentangan dengan disinformasi Penjaga Pantai Tiongkok, UM1 ditabrak oleh kapal CCG."