Bagikan:

JAKARTA - Tiongkok mengingatkan Amerika Serikat agar berhenti menoleransi dan mendukung "provokasi" yang dilakukan Filipina.

Hal ini disampaikan China setelah Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell menyatakan keprihatinannya atas "tindakan destabilisasi Beijing di Laut China Selatan".

Tiongkok dan Filipina baru-baru ini saling tuding mengenai “manuver berbahaya dan ilegal” yang mempengaruhi kapal masing-masing di wilayah sekitar Second Thomas Shoal, yang disengketakan di jalur perairan sibuk tersebut.

“Amerika Serikat harus berhenti memaafkan dan mendukung provokasi dan gangguan Filipina serta mengambil tindakan praktis untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning dilansir Reuters, Jumat, 28 Juni.

Filipina telah mengirimkan misi untuk memasok tentara yang tinggal di kapal perang tua dan berkarat yang sengaja dikandangkan oleh Manila pada tahun 1999 di pulau karang tersebut untuk memperkuat klaim kedaulatannya.

Pada pengarahan rutin, Mao menekankanFilipina telah mengabaikan konsensus dengan Tiongkok, menantang kedaulatan dan integritas wilayahnya, dan bersikeras mengirimkan bahan-bahan konstruksi ke kapal perang tersebut.

Pada tanggal 17 Juni, seorang pelaut Filipina terluka setelah apa yang oleh militer negara Asia Tenggara disebut sebagai "penyerukan berkecepatan tinggi yang disengaja" oleh Penjaga Pantai China.

Campbell menyampaikan pernyataan tersebut kepada Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Ma Zhaoxu melalui panggilan telepon pada Kamis, kata Departemen Luar Negeri AS.

Sehari sebelumnya, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dan penasihat keamanan nasional Filipina, Eduardo Ano, membahas kekhawatiran yang sama atas “tindakan berbahaya dan eskalasi” yang dilakukan Tiongkok.

Amerika Serikat menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Filipina, kata Gedung Putih.