JAKARTA - Filipina menuduh China meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan, setelah kapal pengangkut pasokan mereka ditabrak kapal China pada Hari Minggu.
Tabrakan itu melibatkan kapal pemasok kecil yang terbuat dari kayu dengan kapal penjaga pantai Beijing yang berukuran jauh lebih besar.Tidak ada seorang pun yang terluka akibat peristiwa itu. Kendati demikian, itu menuai kecaman internasional dan keprihatinan Amerika Serikat.
"Semua insiden seperti ini akan memperkuat dugaan bahwa bukan Filipina yang menjadi agresor, namun pihak lain, yaitu Tiongkok," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina Teresita Daza pada konferensi pers Hari Senin, melansir Reuters 23 Oktober.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengadakan pertemuan keamanan pada Hari Senin, untuk membahas "pelanggaran terbaru yang dilakukan Tiongkok", memerintahkan penjaga pantai negaranya untuk menyelidiki insiden tersebut, yang menurut kantornya "ditanggapi serius di tingkat tertinggi pemerintahan".
Terpisah, penjaga pantai Tiongkok mengatakan telah terjadi tabrakan kecil antara salah satu kapalnya dengan kapal Filipina, menilai penjaga pantai mereka "secara sah" menghalangi kapal tersebut untuk mengangkut "bahan konstruksi ilegal".
Sementara itu, dalam gambar yang dirilis oleh penjaga pantai Filipina, empat kapal yang melakukan misi pasokan pada Hari Minggu, dikelilingi oleh tujuh kapal penjaga pantai China yang lebih besar.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Filipina Jonathan Malaya mengatakan, tindakan Tiongkok menyebabkan tabrakan pada Hari Minggu.
"Kami lega dan bersyukur tidak ada personel Filipina yang terluka. Namun kami prihatin dengan eskalasi dan provokasi yang dilakukan kapal-kapal Tiongkok, yang tidak punya urusan berada di Laut Filipina Barat," terang Malaya.
Misi pasokan adalah kegiatan yang dilakukan Filipina untuk pasukan mereka di BRP Sierra Madre, bekas kapal perang yang dikandaskan di Second Thomas Shoal di Laut China Selatan tahun 1999, guna menegaskan kedaulatan Manila.
Filipina menyebut kawasan itu sebagai Beting Ayungin, sementara China menyebutnya sebagai Renai Reef. Itu berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina sejauh 200 mil laut.
Ini bukan pertama kalinya penjaga pantai Tiongkok, yang didukung oleh kapal-kapal milisi maritimnya, mengganggu misi pasokan Filipina. Pada tanggal 5 Agustus, sebuah kapal penjaga pantai Tiongkok menggunakan meriam air untuk menyerang kapal pasokan Filipina.
BACA JUGA:
Diketahui, China dan Filipina terlibat konfrontasi maritim, terkait dengan klaim teritorial kedua negara di perairan yang sangat strategis.
Filipina meminta Tiongkok untuk menghentikan tindakan "ilegal" dan "provokatif" di Laut China Selatan, mengatakan Beijing harus menghormati keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen pada tahun 2016, yang menyatakan klaim besar Tiongkok di Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum.
Ketegangan antara kedua negara meningkat di bawah kepemimpinan Presiden Marcos Jr., yang mengeluhkan perilaku agresif Beijing, dengan kemudian berupaya meningkatkan hubungan lebih dekat dengan sekutunya, Amerika Serikat.