JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memastikan pihaknya menyiagakan sejumlah alat berat untuk mengevakuasi korban bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut Doni Monardo, Kementerian PUPR telah menyiapkan 8 unit ekskavator dan 6 unit dumptruck untuk dikirim ke Lembata dan Pulau Adonara, salah satu lokasi bencana yang terdampak cukup parah. Sayangnya, belum ada kapal pengangkut yang bisa membawa alat berat tersebut.
"Bersadarkan laporan di lapangan kesulitannya adalah eskavator. Namun, hingga saat ini belum mendapatkan alat transport laut yang memadai," kata Doni Monardo dalam rapat koordinasi secara virtual, Senin, 5 April.
Doni mengatakan pemerintah masih berusaha mendapatkan alat transportasi. Sehingga, dumptruk dan eskavator yang sekarang di Pulau Flores bisa dikirim ke lokasi tersebut.
"Kami juga mengajak mereka yang memiliki transportasi untuk bisa menawarkan kepada BNPB. Juga, mungkin ada dukungan dari beberapa kelompok yang memiliki transportasi laut untuk membantu meringankan tugas tim di lapangan," ungkap Doni.
Proses pencarian dan evakuasi korban bencana banjir bandang di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur masih dilakukan. Namun, ada satu kendala yang menyulitkan proses evakuasi.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Bupati Flores Timur, Anton Hajon mengeluhkan belum adanya kiriman alat berat dari pemerintah pusat untuk memudahkan pengangkatan material yang terseret arus banjir, agar sejumlah warga yang hilang bisa segera ditemukan.
"Setelah kita melakukan pencarian kemarin, yang menjadi prioritas sekarang adalah pembukaan alat berat menjadi kebutuhan untuk membuka akses ke lokasi bencana," kata Anton saat dihubungi.
Anton menuturkan, sulitnya para korban dan pengungsi menerima bantuan disebabkan enam jembatan yang menghubungi Pulau Adonara yang meruapakan lokasi bencana saat ini terputus.
Kondisi ini diperparah dengan longsor yang juga menutup akses dan jalan utama menuju lokasi bencana. Di sisi lain, akses jalan laut juga masih belum bisa dipakai lantaran gelombang tinggi dan cuaca ekstrem.
"Kita sedikit terhambat (mendistribusikan bantuan) karena akses jalan laut dan darat terputus. Jalan laut gelombang masih tinggi, kemudian jalan darat putus karena jembatan roboh dan longsor menutup jalan," ujar dia.