Harapan Agar Semesta Mendukung dalam Upaya Penanggulangan Banjir Bandang Nusa Tenggara Timur
Suasana banjir bandang di NTT (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Banjir bandang melanda 11 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Bencana dipicu oleh siklon tropis Seroja, yang mengakibatkan gelombang tinggi mencapai enam meter. Kini, penanggulangan banjir dilakukan dengan penuh harap pada dukungan cuaca yang baik.

Anomali cuaca ini sudah dibaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak 2 April 2021 saat melihat bibit siklon yang akhirnya berubah menjadi badai siklon tropis di sekitar perairan NTT.

Bencana pun terjadi pada pada Minggu, 4 April 2021. Hingga malam tadi, korban meninggal yang ditemukan sebanyak 84 orang. Ada 71 orang masih hilang dan sedang dalam pencarian.

Ada 10 kabupaten dan 1 kota yang terdampak banjir di NTT dan NTB. Daerah tersebut adalah Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Malaka Tengah, Kabupaten Lembata, Kabupaten Ngada, Kabupaten Alor, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Ende.

"Ini suatu angka yang besar sekali. Mari kita berdoa kepada korban yang telah wafat agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa dan keluarga diberikan ketabahan," kata Doni Monardo dalam rapat koordinasi secara virtual, Senin, 5 April.

Ada belasan daerah yang sampai saat ini masih terisolasi. Tercatat, 6 desa di Kabupaten Malaka yang jembatannya putus. Kemudian, di Sabu Raijua ada 6 kecamatan yang terisolasi karena jalanan teradang pohon tumbang dan jembatan putus. Lalu, di pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur terdata 6 desa terisolasi.  

Sejumlah posko darurat dan dapur umum telah didirikan di lokasi pengungsian. Sayangnya, untuk evakuasi korban dan material masih mengalami kendala. Banyak tim yang mencari korban menggunakan cara manual.

Sebenarnya, Kementerian PUPR telah menyiapkan 8 unit ekskavator dan 6 unit dumptruck untuk dikirim ke Lembata dan Pulau Adonara, salah satu lokasi bencana yang terdampak cukup parah. Sayangnya, belum ada kapal pengangkut yang bisa membawa alat berat tersebut.

Doni mengatakan, pemerintah masih berusaha mendapatkan alat transportasi. Sehingga, dumptruk dan eskavator yang sekarang di Pulau Flores bisa dikirim ke lokasi tersebut.

"Kami juga mengajak mereka yang memiliki transportasi untuk bisa menawarkan kepada BNPB. Juga, mungkin ada dukungan dari beberapa kelompok yang memiliki transportasi laut untuk membantu meringankan tugas tim di lapangan," ungkap Doni.

Menurut prakiraan BMKG, siklon tropis Seroja akan melemah setelah tanggal 6 April. Doni berharap bantuan pengerahan alat berat dan helikopter bisa dilakukan dengan cepat.

"Kita harapkan, sekitar tanggal 7 atau 8 April sudah mulai melemah. Sebab, cuaca alam tidak bisa dilawan oleh manusia. Jadi, sekali lagi sangat tergantung dipengaruhi cuaca," pungkasnya.