Bagikan:

JAKARTA - China belum memiliki kemampuan untuk "sepenuhnya" menyerang Taiwan karena tidak memiliki peralatan, tetapi sedang menggunakan senjata baru yang canggih dan memiliki pilihan lain untuk mengancam Taiwan, seperti memeriksa kapal kargo asing, kata kementerian pertahanan pulau itu.

Dalam penilaian ancaman tahunan China yang dikirim ke anggota parlemen pada Hari Jumat, yang salinannya ditinjau oleh Reuters, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan Beijing terus mengasah keterampilan seperti operasi komando gabungan.

"Namun, penggunaan taktik dan strategi terhadap Taiwan masih dibatasi oleh lingkungan geografis alami Selat Taiwan dan peralatan pendaratan serta kemampuan logistik yang tidak memadai," katanya, melansir Reuters 30 Agustus.

China "belum sepenuhnya memiliki kemampuan tempur formal untuk melakukan invasi menyeluruh ke Taiwan".

Namun, China mempercepat pengembangan sejumlah senjata baru, seperti pesawat pengebom H-20 dan rudal hipersonik, serta menambah jumlah hulu ledak nuklir, sambil menguji taktik baru, kata kementerian tersebut.

Lebih lanjut laporan tersebut mengatakan, ketika Beijing menggelar latihan perang di sekitar Taiwan tak lama setelah Lai Ching-te menjabat sebagai presiden baru pada Bulan Mei, kapal penjaga pantai Tiongkok dikirim untuk pertama kalinya dalam latihan intersepsi dan inspeksi di lepas pantai timur.

Tujuan Tiongkok dengan latihan tersebut adalah untuk berlatih memutus komunikasi dengan dunia luar dan memblokade Taiwan, dan menaiki kapal kargo asing adalah pilihan yang dapat diambil Tiongkok, selain konflik terbuka, kata kementerian tersebut.

Perairan di sekitar Taiwan, termasuk Selat Taiwan, merupakan jalur pelayaran internasional yang sibuk.

Kementerian Pertahanan Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Dalam jumpa pers rutin di Beijing pada Hari Kamis, kementerian tersebut mengatakan selama Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan "terlibat dalam (upaya) 'kemerdekaan Taiwan', tidak akan ada perdamaian".

"Semakin mereka memprovokasi, semakin cepat mereka akan binasa," kata juru bicara Wu Qian kepada wartawan.

Anggaran pertahanan yang diusulkan Taiwan akan meningkat lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tahun depan, saat Taipei membangun lebih banyak rudal, kapal selam, dan senjata lainnya untuk menghalangi Tiongkok.

Presiden Lai, yang disebut Beijing sebagai "separatis", telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing, tetapi ditolak. Ia mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka.

"Perdamaian yang dicapai dengan kekuatan adalah perdamaian sejati," kata Presiden Lai kepada para pejabat di Kementerian Pertahanan pada Hari Jumat.

"Kami akan terus meningkatkan kemampuan pertahanan diri kami dan menunjukkan kepada dunia, kami bersatu sebagai sebuah bangsa dan bertekad untuk melindungi negara kami," tandasnya.

Diketahui, China, yang memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, telah meningkatkan tekanan militer dan politik selama lima tahun terakhir untuk menegaskan klaimnya, yang ditolak keras oleh Taipei.

China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara dengan komunis Mao Zedong. Tidak ada perjanjian damai atau gencatan senjata yang pernah ditandatangani kedua belah pihak.