Bagikan:

JAKARTA - Raja Inggris Charles III mengatakan dirinya sangat berduka atas meninggalnya Raja Maori Kiingi Tuheitia, mengenang hubungan baik kedua pemimpin dan sempat berbicara awal bulan ini.

Dalam pesan belasungkawa yang dirilis Kamis malam, Raja Charles II mengenang "kesenangan terbesar" karena mengenal Raja selama beberapa dekade dan mengenang "dengan rasa sayang yang besar" bertemu dengannya berkali-kali, termasuk di Istana Buckingham tahun lalu.

"Saya dan istri saya sangat sedih mendengar kematian Kiingi Tuheitia. Saya sangat senang mengenal Kiingi Tuheitia selama beberapa dekade. Ia sangat berkomitmen untuk membangun masa depan yang kuat bagi suku Maori dan Aotearoa Selandia Baru yang dibangun di atas budaya, tradisi, dan penyembuhan, yang ia lakukan dengan kebijaksanaan dan kasih sayang," kata Raja Charles III, dilansir dari Mirror 30 Agustus.

"Saya ingat dengan rasa sayang yang besar saat bertemu dengan Kiingi Tuheitia berkali-kali, termasuk saat Yang Mulia dan saya disambut dengan hangat dan ramah di Tuurangawaewae Marae pada tahun 2015, dan kemudian lagi selama pertemuan kami di Istana Buckingham tahun lalu," lanjutnya.

"Kematiannya merupakan kejutan tersendiri mengingat saya baru saja berbicara dengan Kiingi melalui telepon pada awal Agustus. Kua hinga te tōtara i Te Waonui a Tāne. (Pohon Totora yang besar telah tumbang.)," kata Raja Charles III.

"Saya dan istri menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada whaanau dan teman-teman Kiingi Tuheitia serta semua orang yang akan berduka atas kehilangannya. Pikiran dan doa khusus kami akan menyertai Anda di saat-saat yang paling sulit dan memilukan ini," lanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, Raja Maori Selandia Baru Tuheitia Pootatau Te Wherowhero VII meninggal dengan tenang pada Jumat pagi di usia 69 tahun, menurut pernyataan yang dirilis oleh perwakilannya.

"Meninggalnya Kiingi Tuheitia adalah momen kesedihan yang mendalam bagi para pengikut Te Kiingitanga, Maoridom, dan seluruh bangsa," kata juru bicara Rahui Papa di media sosial, melansir Reuters

Ia menambahkan, Raja tersebut telah berada di rumah sakit untuk memulihkan diri dari operasi jantung beberapa hari setelah merayakan ulang tahun ke-18 penobatannya.

Diketahui, Kiingi Tuheitia menggantikan ibunya, Ratu Dame Te Atairangikaahu. Penobatannya digelar pada 21 Agustus 2006.

Peran raja Maori tidak harus bersifat turun-temurun dan pemimpin baru akan ditunjuk oleh kepala suku yang terkait dengan Gerakan Raja pada hari pemakaman Kiingi Tuheitia tetapi sebelum ia dimakamkan, menurut Radio Selandia Baru.

Raja Maori dianggap sebagai kepala suku tertinggi dari beberapa suku, atau iwi, tetapi tidak berafiliasi dengan semuanya. Peran raja tidak memiliki kewenangan hukum atau yudisial di Selandia Baru dan sebagian besar bersifat seremonial.

Gerakan Raja, atau Kiingitanga, bermula pada tahun 1858 dalam upaya untuk menyatukan suku-suku asli Selandia Baru di bawah satu pemimpin untuk memperkuat perlawanan mereka terhadap kolonialisme.